01. Myself

37.4K 702 11
                                    

Content: 18++

Cerita ini sepenuhnya fiksi. Jika ada kesamaan nama, tokoh dan latar belakang itu semua hanyalah ketidaksengajaan.

**********

Shit, makiku dalam hati. Waktu sudah menunjukan pukul 11 dan aku masih di jalanan terjebak macet. Oke aku bukan orang yang menghargai waktu selayaknya para pebisnis lain yang menggunakan motto "Time is Money" C'mon its bullshit. Apa kau akan terlihat indah jika harus berlari lari mengejar waktu? No, its not. Dan asal tau saja aku pecinta keindahan.
Oh tunggu, lalu bagaimana dengan kemacetan sialan ini? Arghhh bukan karna aku akan telat menyapa Clientku. Tapi aku hanya tidak suka ada di dalam mobil terlalu lama.

"Aku akan turun dan berjalan, ini sudah dekat dengan kantorku." Akhirnya aku benar-benar bosan sekarang. Kuputuskan turun dari Maybachku.

"Baik nona, maaf atas kelalaian saya memilih jalan."

"It's Fine"

Aku merasakan pinggangku pegal sekali. Aku menggeliat sebentar di dekat mobilku sebelum memulai jalan pagiku. Sebenarnya tidak buruk juga, aku memang penasaran dengan jalanan ini. Tiap hari aku melihat situasi jalan ini dari balik kaca mobilku dan aku tidak juga menemukan kesempatan untuk berjalan di sini. Aku berjalan sambil melihat deretan toko yang berjejer. Dan setelah beberapa langkah berjalan, sebuah Coffee shop kecil menarik perhatianku.

"Boss!!!"

Sebuah suara mengejutkanku. Suara yang sudah sangat kuhapal. Aku menoleh dengan malas. Pasti orang yang sama yang selalu mencerewetiku karna keterlambatanku menepati setiap jadwalku.

"Ada apa Joe?"

"Kumohon Boss, anda sedang ada janji dengan Client dan anda telah terlambat selama 2 jam, mereka masih menunggu anda."

Aku menghela nafas. Kenapa orang ini selalu menghalangi setiap kesenanganku. Dan kenapa ia bisa tahu aku ada disini.

"Lalu?"

Cukup menyenangkan melihat dia frustasi dengan tingkahku. Actually dialah yang selalu berada di depanku menerima semua kekesalan Clientku karena aku yang seenaknya saja tak menepati janji.

"Kumohon Boss, selamatkan aku dari amukan mereka."

"Bagaimana ya, aku sedang ingin minum kopi di tempat ini Joe."

Joe mulai pucat. Dia pasti hafal bahwa aku tak pernah mau di dikte. Aku mau mengatur hidupku sendiri dan mana yang mau aku kerjakan dalam sehari. Dari semua jadwal yang disusun Joe aku hanya menepati beberapa yang menurutku paling penting dan paling menyenangkan. Hal itu membuat Joe menjadi sangat kebal dengan makian Client.

"Suruh saja mereka datang lagi lain hari, tinggalkan proposal mereka di mejaku, aku tak begitu tertarik pada prospek mereka. Dan tentunya aku tak mau berlari terbirit birit untuk menemui mereka, kau mengerti?" Aku tersenyum manis mengakhiri kalimatku dan hendak masuk Coffee Shop di depanku ini.

"Tapi Boss, Diamond Group adalah yang terkuat saat ini, tidak akan menguntungkan jika kita membuat mereka sakit hati."

Aku berbalik dengan malas. Dia pikir aku takut. Sudah berapa lama kira kira dia bekerja denganku. Aku lupa tapi mungkin sudah sekitar 2 tahun.

"Joe, akulah Boss diperusahaanku, itu perusahaanku dan aku yang memilikinya. Berhenti menasihatiku apa yang harus kulakukan, apa kau tak bisa sedikit santai. Diamond Group masi ada dibawah kita. Jangan Khawatirkan yang tidak perlu. Aku mau menikmati kopi di sini."

"Hhh, baiklah Boss, saya tau saya tak akan pernah bisa memaksa anda."

Wajahnya yang putus asa itu selalu lucu untuk dilihat. Joe pun pergi membawa kekecewaannya. Aku memasuki Coffee shop tersebut dan duduk di meja barnya. Aku segera memesan kopi.

THE BOSSWhere stories live. Discover now