Second oleh Kern Amalia (@dityakai)

1.1K 47 4
                                    

"Ray! My sis, lo dateng?"

"Heh! Lo bisa lepasin gue sekarang ga? Istri baru lo ngeliatin gue. Ga enak,tong!" Gue menggeliat keluar dari pelukan Kelvin. Tapi tak berguna. Pelaku utamanya tak punya niat melepaskanku sama sekali. Gue menyerah.

Yah, wajar saja dia segirang itu. Toh yang menyatukan kedua insan ini gue. Semua berawal dari kami masih menjadi mahasiswa semester empat yang terbilang bau kencur dan bukan orang dewasa berumur 27 tahun.

Nama gue Rachelle. Semua orang memanggil gue Ray. Gue menjadi salah satu murid terpopuler tahun itu. Bukan, bukan karena cantik, tapi karena gue adalah ketua klub di kampus. Well, nggak bisa dibilang suatu klub juga karena toh anggota klub ini cuma gue seorang. Tapi anak-anak lain yang menyebutnya jadi sebuah klub. Instansi atau klub ini tidak terdaftar resmi di sekolah, alias ilegal. Karena ilegal, wajar gue gak punya ruangan. Tempat mereka menemukan guelah yang akan jadi ruangannya. Kadang kelas kosong, kantin, atau bahkan kamar mandi sekalipun. Anak-anak menyebut klub gue sebagai klub Second. Kenapa diberi nama itu? Gue bukan ahli teori, jadi gue beri contoh langsung ke kasus aja, yah.

"Ray, kenapa harus Rian sih yang Felly suka? Kapan yah dia ngeliat gue?"

Gue inget itulah ucapan dia di konsultasi pertama gue sama Kelvin. Apa lo pernah nonton film romance?Di mana kedua tokoh utamanya berujung happily ever after? Nah, di saat itupulalah lo akan lihat peran yang jumlah kemunculannyanyaris samadengan sang tokoh utama tapi keberuntungannya justru berbanding terbalik.

Peran mereka biasanya kuat, karena mereka harus menanggung beban cinta bertepuk sebelah tangan dengan tokoh utamanya. Peran yang selalu melindungi sang tokoh utama tanpa dilihat dan akhirnya berakhir tanpa mendapat apa atau siapa pun. Second Lead Character. Itulah kita menyebutnya.

Klub ini hadir untuk para Second Lead Character di kehidupan mereka.

"Padahal lo tahu sendiri kalo Rian suka main cewek, karena tampangnya memang lebih sedikit keren dibanding cowok normal lainnya." Kelvin berdecak.

"Ck...ya masa gue harus jadi cowok brengsek dulu?. Kadang yah, gue bingung sama kalian para cewek. Udah tahu faktanya jelek, tapi masih mau ngejar cowok kayak gitu. Pas ditanya alasannya, kalian pada bilang kalo semua orang harus diberi kesempatan kedua untuk berubah. Ketika putus, kalian mencak mencak memaki, meng-universal-kan semua jenis kami sama bejatnya."

"Dan lo baru aja melakukan hal yang sama,tong. Lo meng-universal-kan semua cewek sama seperti yang lo bilang." Gue mulai memainkansmartphone di tangan gue. Mulai bosan dengan pattern yang semua klien gue lakukan.

"Iya,sorry...."Gue lihat dia menyesali perkataanya. Kalau insting gue benar. Pattern berikutnya adalah....

"Apa gue nyerah aja, yah?"

Menyerah.

Di saat seperti inilah gue baru mulai bisa beraksi.Gue mulai memperbaiki duduk.Yang tadinya menyandar malas di kursi, sekarang gue tegakkan punggung. Menatap dirinya yang masih menunuduk ke bawah.

"Lo mau tahu ga mitos tentang klub Second ini?"

Kelvin tertarik. Kepalanya terangkat mengarah kepada gue. Tanpa diberitahupun gue melanjutkan kalimat berikutnya.

"Cerita ini gue dapet dari sebuah buku tua di rumah nenek gue." Yup, gue emang tertarik dan selalu tertarik dengan buku, khususnya buku yang sudah bebas dari sang pemilik alias yang pemiliknya sudah mati. Dengan begitu, dunia dan kejadian di dalamnya tidak bisa kita pertanyakan kebenarannya. Yang bisa kita lakukan hanyalah menyelami buku itu dan memercayai apa yang kita percayai atau tidak sama sekali. Hanya kita dan buku itu. Such a romantic way to fall in love, right?

Imaji dalam KataOù les histoires vivent. Découvrez maintenant