Bad Dream oleh Afaanin Ulayanisa

166 18 1
                                    

Tanaya mengambil dompet dan ponselnya begitu bel istirahat berbunyi.Rasa lapar yang menderanya membuat Tanaya ingin buru-buru menyantap bakso di kantin.Ia berjalan sendiri ke kantinkarenaRaya dan Fariska membawa bekal, menolak ikut bersamanya.

"Proposal kunjungan lapanganudah selesai?" Mahesa tiba-tiba saja telah menyamai langkah Tanaya.

Tanaya mengangguk, proposal hanya tinggal ditandatangani kepala sekolah. Sebenarnya mengerjakan proposal itu cukup menyita waktu Tanaya. Kunjungan ke Pantai Parangtritis yang tadinya telah disetujui itu mendadak harus direvisi karena salah satu wali murid protes. Menurutnya, Pantai Parangtritis tidak aman untuk siswa SMA karena banyak hal gaib di sana. Tanaya saat itu hanya geleng kepala, ternyata masih ada yang percaya hal seperti itu. Untungnya wali murid itu akhirnya setuju karena pembelajaran geografi memang mengharuskan ke Pantai Parangtritis.

Sesampainya di kantin, Tanaya dan Mahesa memilih duduk di ujung timur. Selain dekat dengan bakso kesukaan Tanaya, meja di daerah itu tidak terlalu ramai.

"Nih, besok-besok bawa makan dari rumah biar nggak makan bakso melulu, nggak sehat, tahu!" Mahesa meletakkan semangkok bakso di depan Tanaya.

"Jangankan bawa bekal, Mama gue masak buat sarapan aja gue udah bersyukur," ujar Tanaya sembari menuangkan sambal ke baksonya.

Mahesa mengangguk pelan, bekerja sebagai seorang pengacara pasti membuat mama Tanaya terlampau sibuk untuk memasak. Malah Tanaya pernah cerita mamanya tidak pulang dua minggu, mengurus kasus besar di luar kota.

"Nanti bisa nganterin Aldo ke tempat penyewaan bus? Kalau Aldo sama Putri cuma pergi berdua bisa-bisa malah banyak pacarannya."

Mahesa terdiam, memikirkan agendanya hari ini. "Kayaknya gue nggak bisa, nanti ada latihan basket sama anak kelas satu, kasihan kalau gue tinggal."

"Lo nggak capek ya, Sa? Ketua OSIS, futsal, olimpiade, basket, semua aja lo ambil."

Mahesa terkekeh."Berhubung masih hidup, semua yang bisa gue lakuin harus gue maksimalin."

Seluruh sekolah ini tahu siapa Mahesa. Murid teladan dengan segudang bakat dan prestasi. Mahesa adalah bentuk dari murid idaman semua guru. Belum pernah sekali pun dia terlambat mengerjakan tugas walaupun kegiatan di luar kelasnya jauh lebih banyak dari siswa lain. Tanaya yang telah menjabat sebagai sekretaris OSIS selama satu semester tahu persis seberapa ambisius Mahesa. Bahkan lelaki itu akan menemaninya semalaman via telepon jika Tanaya merasa kehilangan semangat saat menyelesaikan urusan OSIS.

"Pokoknya gue minta tolong banget sama lo, kunjungan kita ke Parangtritis harus lancar."Mahesa menggenggam tangan Tanaya, membuat gadis itu mengurungkan niatnya untuk menyendok bakso lagi

"Tenang aja, Mahesa.Gue, Tanaya,akan memastikan sendiri kegiatan kunjungan anak kelas dua ke Parangtritis lancar sampai kita nginjek air lautnya langsung!"

Mahesa tersenyum mendengar janji Tanaya. Ia tahu gadis dengan manik cokelat itu selalu dapat ia andalkan.

***

"Sini gue bantuin."

Tanaya menoleh ke Mahesa yang tengah mengulurkan tangan. Sejak beberapa saat lalu, Tanaya memang sedang berusaha menaruh tas beratnya ke bagasi di atas tempat duduk. Bus yang sekarang mereka naiki cukup tinggi hingga Tanaya kesulitan.

Tanaya menyerahkan tasnya ke Mahesa, lelaki itu dengan cepat menyelesaikan tugasnya.

"Duduk sama siapalo?"

Tanaya menunjuk dengan matanya ke arah Raya yang sedang asyik memainkan ponsel.

"Si Fariska nggak marah kalian duduk berduadoang? Biasanya kan ke mana-mana seringnya bertiga."

Imaji dalam KataWhere stories live. Discover now