A Risk oleh Des Indriani S

62 5 0
                                    

Kau mau tahu alasan kenapa aku menyukaimu? Karena kau bisa memahamiku, bukan hanya sebagai seorang laki-laki, tetapi juga sebagai seorang dokter.

***

"Dokter, sepertinya pasien mengalami hipertensi. Detak jantung tak beraturan."

"Dok, kesadarannya juga perlahan berkurang."

"Gejala syok! Pasien telah kehilangan darah dalam jumlah yang cukup banyak."

"Art line?" ucap laki-laki berjas putih yang tampak fokus menekan titik tekan pada arteri radialis. Berharap dengan begitu perdarahan masih bisa dihentikan.

"140/90."

"Kita harus menggunakan tourniquet," ucapnya kemudian.

"Dok, tapi—"

"Ini cara terakhir untuk menghentikan perdarahan!"

"Baiklah."

"Pasangkan tourniquet sementara pada pasien. Satu menit waktu yang tersisa setelahnya untuk kita memberikan antihipertensi melalui IV."

"Segera lepaskan untuk menghindari koagulasi."

"Art line?"

"120/80."

"The blood pressure is now stable."

Laki-laki berjas putih itu menghela napas panjang. Ia tersenyum menatap para perawat yang beberapa detik lalu telah membantunya. Kemudian pergi meninggalkan ruang IGD, melepaskan lateks dan membuangnya.

"Dokter Joon! Kau berhasil melakukannya?" teriak seorang laki-laki berpakaian sama yang berjalan menghampirinya. Dokter yang bernama Joon itu hanya tersenyum tipis.

"Sudah kuduga, bahkan kau berhasil menyelamatkan seorang pasien yang merupakan korban commit suicide."

Joon menoleh sesaat. "Ah, ayolah Dokter Mark, kau selalu melebih-lebihkan tugasku. Kali ini aku hanya mengobati seorang pasien tanpa melakukan operasi."

"Tapi tetap saja menghentikan perdarahan pasien adalah hal yang luar biasa. Walaupun setelah pasien itu sadar, dia mungkin saja akan membencimu," ucap dokter yang bernama Mark dengan tatapan meledek.

Joon menghentikan langkahnya, menatap laki-laki di sampingnya dengan wajah penasaran. "Maksudmu?"

"Halah, kau lupa kalau gadis itu korban commit suicide? Dia memiliki intensi untuk mengakhiri hidupnya, tetapi kau malah menyelamatkannya? Bukankah jika demikian, maka tindakanmu menyebalkan?" ucap Mark dan langsung mendapatkan pukulan hangat dari Joon.

"Ya!" Ringis Mark kesakitan.

"Aku tidak mempermasalahkan jika ada seorang pasien yang membenciku, aku hanya memenuhi tugas seorang dokter untuk menyelamatkan mereka, sekali pun mereka berniat untuk membunuhku. Tak peduli latar belakang mereka, aku akan tetap menolongnya, menyelamatkan nyawanya, " ucap Joon seraya menepuk pundak laki-laki itu.

Mark bergumam. "Baiklah, kali ini kau mau ke mana?"

"Ke ruangan professor. Prof memintaku untuk menemuinya setelah bertugas mengobati pasien tadi."

"Mungkinkah mengenai misi penyelamatan itu? Kau sudah mempertimbangkannya, Dokter Joon?" tanya Mark penuh selidik.

Joon terdiam, memilih tak merespons, dan melanjutkan langkahnya.

Imaji dalam KataWhere stories live. Discover now