Extra Part 1

23 0 0
                                    

Kebersamaan membuat kita enggan dengan perpisahan. Padahal setiap ada pertemuan sudah pasti ada perpisahan.
***

Seperti pada umumnya. Anak-anak bermain tidak memikirkan gendernya. Laki-laki dengan perempuan bermain sudah hal biasa untuk anak kecil. Sedangkan sekarang, jika sudah besar akan lupa dengan teman-teman masa kecilnya dulu. Jika bertemu saja pura-pura tidak tahu.

“Vano, aku mau main masak-masakan ya!” pinta gadis cilik bermata belo itu.

"Oke, tapi tunggu yang lain ya. Tapi nggak cuma masak-masakan. Nanti ada yang jualan gitu, kamu mau?" jawab dan tanya Vano kepada Lyssa.

"Iya aku mau," balas Lyssa.

Lalu mereka sibuk dengan diri mereka masing-masing. Vano sibuk bermain mobil-mobilan remot yang baru saja dibelikan papanya. Sedangkan Lyssa sibuk bermain bongkar pasang pada koleksi boneka barbienya.

Tak lama datang anak-anak kecil lainnya. Mereka adalah Fian dan Fiano. Memang di kompleks perumahan mereka, anak kecil perempuan hanya Lyssa. Kalau laki-laki banyak, tapi mereka tidak mau asal dekat saja. Bisa saja itu anak nakal.

"Kakak datang yee," sorak Lyssa senang setelah melihat kedua kakak kembarnya menghampiri dia dan Vano.

"Kita mau main masak-masakan. Sama jual-jualan, kakak harus mau ikut," ucap Lyssa.

Mau tidak mau kedua kakaknya menuruti keinginan adiknya. Selain tidak ada perempuan kecil yang bisa diajak main adiknya, msreka memang sangat menyayangi adik semata wayangnya itu. Jangan sampai menangis hanya gara-gara tidak diajak bermain laki-laki.

"Kakak nanti kalau udah besar mau jadi apa?" tanya Lyssa kepada kedua kakaknya.

"Emang kenapa? Kok kepo banget kamu!" jawab Fian sambil memeletkan lidahnya kepada Lyssa.

"Kak Fiano, kak Fian jahat!" lapor Lyssa kepada kakak keduanya itu.

Sedangkan Fiano hanya mrnatap datar adik kembarnya. Fian memang selalu menjahili Lyssa, tapi dia juga menyayanginya. Mereka saling menyayangi adik bungsu sekaligus adik perempuan satu-satunya.

"Kakak pengen bisa jadi orang yang bisa bahagiain orang yang kakak cintai," balas Fiano untuk Lyssa.

"Berarti nanti kalau kakak sudah besar, kakak nggak sayang lagi sama Lyssa. Sayangnya sama orang yang kakak cintai? Terus siapa nanti yang sayang Lyssa?" tanya gadis itu polos.

Untuk anak berusia 10 tahun. Lyssa termasuk anak yang masih polos. Tidak mau neko-neko. Beda dengan kedua kakaknya yang hanya berbeda satu tahun. Rasa ingin tahunya yang tinggi membuat kedua kakaknya kalau berbicara saja sudah seperti orang dewasa.

"Ya kakak tetap sayang sama Lyssa dong. Kan nanti juga ada yang menyayangi Lyssa selain abang, kakak, papa, dan mama," sahut Fian.

"Siapa?"

"Aku," balas Vano cuek. Lalu melanjutkan bermain mobil remotnya.

***

"Abang, mama sama kakak mau kemana? Lyssa kok nggak diajak? Papa juga pergi, terus kita cuma tinggal berdua gitu?" tanya Lyssa kepada Iel yang berusia tujuh belas tahun.

"Abang jawab Lyssa!" rengek Lyssa.

Bahkan gadis itu sudah menangis karena abangnya hanya diam dan tidak merespons ucapannya. Lalu gadis kecil itu berlari ke kamarnya tanpa memedulikan Iel yang meneriakinya.

"Adek, jangan nangis. Maafin abang ya!" ucap Iel sambil menggedor pintu kamar adiknnya.

"Jawab pertanyaan adek!" paksa Lyssa.

Iel mengangguk dan mengajak adiknya untuk duduk di sofa terlebih dahulu. Lalu mengusap air mata yang mengalir di pipi adiknya itu dengan sayang. Dia tidak menyangka jika permasalahan orang tuanya begiti kompleks.

"Mama sama papa lagi kerja sayang. Jadi Lyssa di rumah sama abang," ucap Iel membuka percakapan.

"Kenapa kak Fiano sama kak Fian diajak, kenapa Lyssa enggak?" tanya Lyssa terus. Gadis itu masih tidak paham dengan apa yang terjadi di keluarganya.

Ya dia hanyalah gadis kecil yang sangat dimanja oleh keluarganya. Bagaimana bisa berpisah dengan kedua orang tuanya dan saudaranya. Apalagi dia anak perempuan satu-satunya di keluarga mereka.

"Kalau adek ikut mama sama paa. Abang ditinggal sendirian dong?" ucap Iel pura-pura sedih.

Ia melakukan ini untuk kebaikan adiknya sendiri. Jika saja Lyssa paham dengan keadaannya. Pasti adiknya itu akan sedih dan sangat membenci papanya. Walaupun Lyssa sangat dekat dengan snag papa. Tapi gadis kecil itu tidak akan membiarkan seseorang melukai perasaan ibunya.

"Lyssa mau sama abang!"

***

"Vano mau pergi kemana? Kenapa nggak ada yang sayang sama Lyssa? Semua pergi, Lyssa nggak mau Vano pergi!"

Lyssa menangis histeris saat Vano mengatakan akan pindah rumah. Tentu saja gadis cilik itu merasa sangat kesepian. Biasanya di rumah dia akan bertengkar dan mengusili kedua kakaknya. Tapi sekarang sudah tidak.

Dan sekarang malah Vano ingin pergi dari hidupnya. Tambah sedih Lyssa mendengarnya. Dia hanya akan bersama Iel saja. Apalagi sekarang abangnya sibuk dengan ujiannya, lalu nanti kuliah sambil bekerja. Dia pasti akan sangat kesepian.

"Vano nggak akan pergi jauh kok. Nanti Vano balik lagi. Lagipula Vano kan ikut ayah, ayah ada kerja jauh jadi Vano sama mama harus ikut," balas Vano.

"Vano pasti bohong! Nggak mungkin balik lagikan?"

"Balik Lyssa. Tunggu Vano ya," ucap Vano dengan senyumnya.

Lyssa ingin tidak percaya. Tapi mau bagaimana lagi? Tidak mungkin Vano akan tinggal sendirian tanoa ada yang menemaninya. Kalau dia masuh ada abangnya yang menemani.

"Vano jangan lupain Lyssa ya. Pokoknya jangan lupain Lyssa ya," ucap Lyssa sambil mengusap air matanya.

"Iya tenang saja. Vano selalu ingat Lyssa kok!"

(Not) Psycho Love [COMPLETED]✔Where stories live. Discover now