00. Not the Day

27.2K 2.1K 151
                                    

       Park Jihye mengetukkan ujung flatshoes-nya pada lantai mal. Duduk di bangku yang disediakan oleh gedung itu sambil sesekali melirik ke arah arloji putih yang melingkari pergelangan tangannya.

       Sudah nyaris setengah jam gadis dengan rambut sebahu itu menunggu sang kekasih. Namun, pemuda itu tak kunjung datang.

       "Jungkook ... kau lama sekali, sih!" dumalnya pada diri sendiri. Jihye sedikit menyesal. Jika tahu Jungkook akan setelat ini, dia memilih untuk meneruskan tidurnya saja dibandingkan datang terlalu awal dan menunggu selama ini.

       Jihye memutuskan untuk bangkit dan membeli minuman cup yang sedang terkenal di mana-mana. "Satu milk tea bubble," pesannya. Gadis itu lekas mengeluarkan dompet dari dalam tas selempang hitamnya, lalu menyerahkan selembar uang setelah menerima minumannya.

       Saat ia tengah menyeruput minumannya, Jihye mendadak tersedak manakala bahunya ditepuk sebanyak dua kali oleh seseorang. "Jungkook! Kau hobi mengagetiku, ya!"

       Jungkook tersenyum tipis, lalu mengacak surai hitam kekasihnya. "Maaf, telat. Tadi papa memakai motorku, jadi aku harus menunggu papa sampai ke rumah lebih dulu," jelasnya.

       Tidak ada hal yang harus Jihye curigai. Baginya, sampainya Jungkook di mal dan menemuinya itu sudah lebih dari cukup. Jihye mengangguk paham, kemudian memeluk lengan kanan Jungkook dengan tangan kirinya.

       "Aku tidak tahu apakah masih ada tiket untuk film IT. Tadi kulihat banyak yang antre," kata Jihye. Gadis Park itu mendongak untuk menatap Jungkook yang tidak bicara. "Oppa ... kau dengar aku, tidak?"

       Jungkook lekas mengerjap saat jari Jihye menjentik di depan matanya. "H-hah? Kau bicara apa, Sweety?"

       Mengembuskan napas dalam, Jihye lalu memukul lembut lengan Jungkook. "Tadi banyak yang antre tiket film IT. Kalau tiketnya habis bagaimana?"

       Jungkook menunduk untuk menilik sang kekasih. Kedua bahu lebarnya mengedik kemudian. "Pulang saja. Lagi pula, filmnya tidak seru."

       "Oppa sudah melihat filmnya?" Jungkook mengangguk refleks. "Dengan siapa?! Kok aku tidak tahu?!"

       Tatapan kesal Jihye dilemparkan pada Jungkook, membuat pemuda Jeon itu menghela napas kasar. "Dengan papa dan mamaku. Tidak penting juga bagimu, 'kan?"

       Jihye memutus pandangan ketika jawaban Jungkook justru melukainya. Pipinya sengaja digembungkan untuk menyembunyikan rasa sakit yang mendadak timbul. Jihye tidak boleh menangis di depan Jungkook—hal itu sudah ia janjikan pada diri sendiri sejak Jungkook mulai berubah akhir-akhir ini.

       "Kukira dengan gadis lain," jawab Jihye dengan senyum usil. Sebenarnya, gadis itu hanya ingin mengetes respons Jungkook.

       Mendapati Jungkook yang lagi-lagi terdiam, Jihye akhirnya tak lagi mengajaknya bicara. Jungkook memasuki gedung bioskop, lalu maju ke tempat penjualan tiket sedangkan Jihye memilih untuk berdiri di depan gedung bioskop karena membawa minuman dari luar.

       Jihye mengamati gerak-gerik Jungkook, lantas mendengus kecewa saat Jungkook berbalik dengan tangan kosong. Itu artinya tiket film IT sudah habis terjual malam ini.

       "Habis, ya, Oppa?" Jungkook mengangguk. "Terus kita mau ke mana?" Jihye tidak mau acara kencannya dengan Jungkook hanya berjalan sesingkat ini. Jika dihitung-hitung, mungkin mereka baru bertemu di mal sekitar sepuluh menit. Itupun Jungkook tidak asyik sama sekali.

       "Pulang. Besok sekolah," kata Jungkook lalu berjalan mendahului sang gadis yang masih menatap kecewa. Tapi apa yang bisa Jihye lakukan selain menurut?

Knowing Me, Knowing You ✓Where stories live. Discover now