04. The Fourth Day Before I Left

10.7K 1.8K 244
                                    

       Jihye tidak sesedih itu—well, ia hanya merasa dikhianati dan dipermainkan oleh Jungkook. Kesehidahannya lenyap karena bualan-bualan maut dari Sora dan Kara untuknya.

       Setelah puas menangis sepanjang dua jam sebelum memutuskan untuk mengerjakan beberapa tugas sekolah, Jihye berpikir bahwa percuma ia menangisi apa yang memang pantas untuk ditinggalkan.

       Jihye pantas bahagia—dan semua perempuan atau laki-laki yang disakiti memang sepantasnya bahagia. Maka beginilah sekarang.

       Di tengah kafetaria yang ramai, Jihye merasa baik-baik saja manakala Jungkook dan gerombolan temannya memandang ke arah dirinya. Jujur, meskipun sedikit tidak nyaman dengan pandangan sosok pria di sebelah Jungkook—tapi Jihye bangga karena ia bisa dengan kuat membalas tatapan Jungkook.

       "Kau mengambil makanan yang tepat, Ji!" Kara berseru senang, berbeda dengan Sora yang mengerucutkan bibir sebal karena mengambil laku yang salah.

       Pandangan itu terputus saat Kara menyenggol bahunya. "Girl, kau tidak seharusnya bertatapan dengannya dan merelakan waktu makanmu," tambah gadis Min tersebut mengingatkan. "Omong-omong, kemarin Jungkook Sunbae datang ke rumahku dengan Kang Solhee itu. Mereka mengobrol di ruang tamu sampai pukul dua pagi—sinting, sih. Apa yang orang tua mereka pikirkan tentang anaknya? Kenapa mereka hanya diam saat anak-anaknya keluar rumah selarut itu."

       "Oh, Min Kara ... mulutmu diciptakan bukan untuk membicarakan orang lain! Apalagi mengatakan sinting pada orang tua! Sungguh, apakah orang tuamu tidak mengajari sopan santun?" sahut Sora.

       "Sialan! Kau jangan bawa-bawa orang tuaku!" protesnya sebal. Pun hari keempat Jihye sebelum benar-benar pergi meninggalkan Seoul telah diisi oleh canda dan tawa dari dua sahabatnya.

....

       Rasanya Jihye ingin sekali menendang selangkangan Pak Shin karena menyuruhnya mengambil buku-buku paket di perpustakaan. Atau barangkali gadis itu seharusnya menendang selangkangan pria penjaga perpustakaan saja yang matanya tak berhenti memandang Jihye seolah ingin menerkam.

       "Pak, bisakah untuk berhenti menatap saya?" Jihye memberanikan diri untuk menyerukan suaranya. Menatap sebal dengan raut muka ditekuk setelahnya.

       Pria berusia tiga puluh enam itu gelagapan dan buru-buru membuang muka, membuat Jihye dapat bernapas lega. Namun, di tengah dia fokus mencari buku paket yang Pak Shin inginkan, suara seseorang mendadak mengganggu kegiatan Jihye.

       "Butuh bantuan?" Jihye terlonjak di rak buku nomor lima. Kedua telapak tangannya refleks memegangi dada.

       Lalu keningnya mengerut dalam. Kepalanya memastikan bahwa laki-laki yang datang menghampirinya adalah orang yang tadi menatapnya di kafetaria—dan poin pentingnya adalah; pemuda itu termasuk gerombolan Jungkook yang pastinya bajingan.

      Jihye sontak menciptakan jarak. Ia tidak mau dekat-dekat atau berurusan dengan laki-laki mana pun selama mereka ada hubungannya dengan Jungkook.

       "Hei, kenapa menjauh? Apa kau takut padaku?" tanya pemuda itu sekali lagi. Tawa renyahnya terdengar menggema, kemudian ia menarik pelan pergelangan tangan Jihye sampai gadis itu memekik kecil. "Ya ampun, aku bukan laki-laki mesum seperti Jung sialan itu."

       Jung adalah pak tua yang menjaga perpustakaan, omong-omong.

       Menelan ludah, Jihye lekas menarik diri dari cekalan tangan pemuda di hadapannya. "Maaf, Taehyung Sunbae ... tapi aku tidak membutuhkan bantuan siapa pun," jawabnya tegas.

Knowing Me, Knowing You ✓Where stories live. Discover now