14. The Fourteenth Day Before I Left

9.7K 1.5K 150
                                    

"Ah, rasanya aku ingin sekali mengurungmu di dalam rumahku agar kau tidak meninggalkan Seoul secepat ini." Ahn Sora mengeluarkan suaranya setelah lama terdiam sebab menantikan Jihye yang menghabiskan banyak waktu di ruang guru untuk mengurus kepindahan. "Kau serius akan pergi besok pagi? Bibi ... kenapa cepat sekali?" Pandangan gadis Ahn itu kini tertuju pada mama yang sejak tadi diam sembari merangkul bahu anaknya yang asyik melamun.

"Ini semua karena ayah Jihye harus dipindahtugaskan ke Amerika. Sebenarnya Bibi juga tidak rela meninggalkan kota ini. Tapi tenang saja, hanya dalam jangka waktu singkat, kok," jawab mama memberi pengertian.

"Empat tahun bukan waktu yang singkat, Mama," koreksi Jihye pada akhirnya. Gadis itu mendongak untuk memberikan tatapan sendu kepada sang mama yang kini melunturkan senyum. Jihye lantas menoleh ke arah Sora dan Kara. "Kalian sudah janji padaku akan berkunjung setelah ujian kelulusan. Jangan mengingkarinya, oke?"

Sora dan Kara sontak mengangguk bersamaan. "Tenang saja, mama dan papaku akan ikut ke Amerika untuk menjagaku dan Sora!" jawab Kara semangat.

Mereka lekas berjalan menuju gerbang sekolahan. Jihye sudah sejak awal membawa tas ranselnya, berbeda dengan Sora dan Kara yang hanya membawa tangan kosong sebab jam belajar masih tetap berlangsung.

Jihye memaksakan senyum saat tungkainya telah mencapai mobil sedan yang mama kendarai. "Sora-ya, Kara-ya ... kalau ada orang lain yang menggantikan posisiku di sini, tolong jangan lupakan aku, ya?"

"Tidak akan ada yang bisa menggantikan posisi Park Jiya di sini," ujar Sora lalu memaksakan kekehan sendu. "Jiya kami yang terbaik!"

Sora dan Kara memeluk Jihye dengan erat. "Maaf karena besok pagi kami tidak bisa menemanimu ke bandara karena ada ulangan harian. Tapi aku dan Sora akan datang ke rumahmu setelah pulang sekolah hari ini." Air mata ketiganya luruh begitu saja. Suasana haru mendadak menyelimuti parkiran sekolah, membuat mama yang berdiri di sana hanya dapat menelan kesedihan. "Jaga dirimu baik-baik, Jiya. Jangan selalu bersikap baik kepada semua orang yang mendekatimu. Ingat, tidak semua yang baik di matamu akan berjalan baik di hidupmu kelak."

"Aku tidak akan pernah lupa," cicit Jihye dengan suara sengau. "Kara, terima kasih telah menjadi yang paling dewasa di antara kami. Dan Sora ... terima kasih atas hiburannya selama ini. Aku pasti akan sangat merindukan kalian."

Pelukan itu terlepas. Tangan kanan Sora dan Kara refleks menyeka air mata yang jatuh membasahi pipi Jihye, sedangkan gadis Park itu masih tak mau menghentikan tangisnya dengan kedua tangan meremas tali bahu pada tas ranselnya.

"Hei, kenapa kau menangis?!" tanya Sora kesal. "Tersenyumlah. Kau tidak boleh menangis karena sebentar lagi akan meninggalkan kami di sini." Gadis itu meraih ponsel di saku seragamnya sebelum mengajak Jihye dan Kara berfoto.

"Kalian juga menangis," kata Jihye kemudian mengerucutkan bibirnya. Sora dan Kara lantas tertawa, menarik perhatian Jihye untuk ikut tertawa meskipun air matanya tetap saja menetes.

"Baiklah, sekarang kau harus pulang. Bibi Park sudah menunggu." Kara kemudian membukakan pintu mobil dan mendorong Jihye untuk masuk ke dalam kendaraan roda empat tersebut. Setelah pintu tertutup, Kara sempat menatap mama yang hendak masuk ke dalam mobil. "Bibi ... tolong jaga Jiya kami, ya?"

Mama mengangguk seraya menyematkan senyum. "Tentu saja. Bibi akan menjaga Jiya kalian dengan baik," jawabnya lembut lantas memasuki mobil dan melajukannya.

....

Jihye memandangi lama foto berbingkai di pangkuannya. Usai mengungkapkan kesedihan bersama kedua sahabatnya, gadis Park itu sekarang larut pada kesedihannya bersama potret Jeon Jungkook.

Knowing Me, Knowing You ✓Where stories live. Discover now