12. The Twelfth Day Before I Left

9.5K 1.6K 116
                                    

Jihye membereskan buku-buku di atas meja setelah bel istirahat berakhir. Gadis itu membawa satu buku paket dan tempat pensil miliknya kemudian bergegas keluar dari ruang perpustakaan sebab sebentar lagi adalah pelajaran Pak Min.

Pak Min memiliki sebuah peraturan utama yang harus dijalankan, yaitu; harus berada di dalam kelas sebelum beliau memasuki kelas. Jika tidak, maka ia akan memberi kesepakatan untuk mengeluarkan para murid yang tidak menurut, kemudian ditugaskan untuk berlari memutari lapangan basket sebanyak tujuh kali.

Jihye baru saja hendak menginjak lantai luar perpustakaan kalau saja seseorang tidak mendadak muncul untuk masuk.

Sejenak Jihye terkejut akan presensi di hadapannya. Tubuhnya bahkan membeku untuk beberapa saat sebelum orang di hadapannya memilih untuk melangkah pergi.

Jihye memandang punggung lebar tersebut. Ia menggigit bibir bawah menyesal, maniknya memandang sendu, pun dadanya berubah nyeri.

Seharusnya tidak begini. Seharusnya Jihye merasa lega dan senang karena Jungkook dapat menepati janjinya dengan baik. Namun, melihat bagaimana pemuda itu mengabaikannya membuat Jihye sungguh menyesal.

Jihye melangkah lebar untuk mengejar Jungkook yang sudah berada jauh dari pijakannya. Mengabaikan Pak Min yang akan mengisi pelajaran di kelasnya, Jihye lebih memilih untuk berlari mengejar pemuda Jeon tersebut.

Hingga saat mereka berada di halaman belakang sekolah, Jungkook mendadak menghentikan langkahnya karena mendengar suara pekik kesakitan dari arah belakang.

Jungkook berbalik untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Langkahnya hendak melangkah dengan perasaan cemas saat manik kembarnya menemukan Jihye jatuh di atas tanah.

Lututnya terluka dan mengeluarkan darah segar. Jungkook tetap terdiam di sana sembari menatap Jihye yang kebingungan dan berusaha menghilangkan perih di lutut. Dan satu fakta yang membuat Jungkook kian cemas adalah karena Jihye tidak bisa melihat darah terlalu lama.

Jungkook mengembuskan napas dalam. Tungkainya melangkah pelan mendekati Jihye. Akan tetapi, ia kembali menahan langkah manakala seorang pemuda yang cukup ia kenali tiba-tiba datang berlari dan berhenti di hadapan Jihye sebelum berjongkok dan membanti gadis itu berdiri.

Kedua tangan Jungkook mengepal kuat. Matanya menyorot tajam pada Kim Taehyung yang bersikap seolah-olah dialah yang patut disebut sebagai superhero di mata Jihye.

Saat punggung itu menghilang dari pandangannya, Jungkook berjalan meninggalkan halaman belakang.

....

"Bukankah sudah kubilang untuk berhenti menggangguku? Taehyung Sunbaenim, kumohon berhentilah. Aku muak sekali dengan semua ini."

Taehyung duduk di kursi sementara Jihye telah ia dudukkan di atas ranjang UKS. Pemuda Kim itu meraih kapas, obat merah, serta air bersih untuk membersihkan luka Jihye.

"Aku tidak tahu alasannya kenapa kau sangat membenciku," ujar Taehyung masih fokus menatap lutut Jihye yang terluka. "Padahal aku sama sekali tidak membuat kesalahan apa pun padamu."

Jihye meremas ujung rok saat merasakan perih kian bersarang di lututnya setelah Taehyung meneteskan obat merah tepat di atas luka. "Tidak ada alasan selain kau berengsek seperti teman-temanmu," sahut Jihye memandang surai Taehyung sebab pemuda itu tengah sibuk menunduk.

Taehyung tersenyum remeh sebelum menegakkan punggung menatap Jihye. "Jadi, kau berpikir kami semua adalah orang berengsek karena Jungkook telah mengkhianatimu, begitu? Pandanganmu sempit sekali, Jiy."

"Kalau begitu, aku yang berengsek." Jihye turun dari ranjang, sedikit meringis saat lututnya mengeluarkan rasa perih. Gadis itu melangkah keluar dari UKS untuk menghindari Taehyung. Tidak memedulikan panggilan Taehyung dari balik punggungnya. Yang Jihye fokuskan hanyalah melangkah lebar dan pergi dari hadapan pemuda Kim tersebut.

Knowing Me, Knowing You ✓Where stories live. Discover now