08. The Eighth Day Before I Left

11.4K 1.8K 287
                                    

Sepanjang pelajaran, gadis Park itu terus saja melamun. Tidak ada secuil pun materi yang masuk ke dalam kepalanya. Hanya ada nama Jungkook dan Taehyung di sana—meskipun hanya sebagian kecil nama pemuda Kim di kepalanya.

Siapa yang tidak sakit hati, marah, dan kecewa jika hanya dijadikan sebagai bahan taruhan. Jihye bahkan sangat terkejut dengan kelakuan Jungkook. Bukan hanya selingkuh, nyatanya pemuda itu berani menjadikan dirinya sebagai objek tantangan dengan teman-temannya. Double bajingan.

Kemarin malam Jihye banyak menangis. Ia bangun dengan mata bengkak dan kepala pening. Setelah duduk dan dikerumuni oleh Sora dan Kara, Jihye telah berjanji bahwa ia tidak akan menangis lagi. Akan tetapi, yang ia katakan hanyalah kebohongan belaka.

Dua detik usai Guru Yu keluar dari kelasnya, Jihye menenggelamkan kepala di antara kedua lengan yang ia lipat di atas meja. Air matanya luruh lagi kendatipun tidak sebanyak kemarin. Dadanya kembali nyeri manakala suara-suara yang kemarin ia dengar kini malah memutari pikirannya.

Selama ini Jihye benar-benar meletakkan perasaannya untuk Jungkook. Ia memberikan seluruh hatinya kepada Jungkook dan tidak pernah melirik bahkan memandang laki-laki lain. Jihye terus fokus menjaga hubungan mereka meskipun beberapa lawan jenis mendekatinya. Namun, mendapati Jungkook yang tidak melakukan hal yang sama membuat Jihye terpukul.

"Jiya, ayo ke kantin. Jam makan siang akan segera berakhir." Tepukan telapak tangan Sora pada pundaknya membuat Jihye sejenak memejamkan mata sebelum berakhir mengangkat kepala dan meluruskan punggung. Ia kemudian menyeka air mata yang membasahi pipinya, lalu menggeleng untuk menolak ajakan dua sahabatnya itu. "Kau tidak baik-baik saja, Jiya. Ayo, makan. Sedang ada es krim cokelat di kantin. Kau pasti akan berangsur membaik setelah memakannya!" lanjut Sora berusaha menghibur.

Jihye lagi-lagi menggeleng. "Di sana pasti ada Jungkook. Aku tidak mau ke—"

"Aku di sini." Ucapan Jihye terpotong manakala suara berat seseorang memenuhi ruang kelasnya. Bukan hanya Jihye yang terkejut dan mengarahkan atensi ke pintu kelas. Sora dan Kara pun melakukan hal yang sama. "Kita perlu bicara."

Jihye membuang pandangan ke arah lain. Namun, hal itu mendapat respons dari Kara. "Bicaralah, Jiya. Masalah seperti ini tidak baik jika tidak diluruskan," ujarnya. Sora ikut mengangguk membenarkan perkataan Kara.

"Kita tinggal, ya. Sepuluh menit jam makan siangnya akan selesai. Daah ...," pamit Sora.

Setelah punggung Sora dan Kara menghilang dari pandangan, Jihye hendak kembali menenggelamkan kepala di antara lengan, tapi hal itu lekas dicegah oleh Jungkook yang duduk di sebelahnya dan mengapit dagunya pelan. "Maaf," katanya.

Jihye menggeleng. "Tidak ada yang perlu dimaafkan. Sunbae tidak salah," ujarnya lalu menyingkirkan tangan Jungkook dari dagunya. Sayangnya, Jungkook tetap bersikeras menahan pergerakannya dengan memegang bahunya. "Sunbae!"

"Aku minta maaf."

"Sudah kubilang tidak ada yang—"

"Untuk semuanya," potong Jungkook. Pemuda Jeon itu menggigit bibir bawahnya, kemudian menunduk dan memindahkan tangannya untuk menggenggam jari-jari mungil Jihye yang tengah memilin ujun rok. "Aku memang berpacaran dengan Solhee Noona di belakangmu. Sudah lama sekali kami menjalin hubungan tanpa sepengetahuanmu. Aku ingin jujur, tapi aku tidak yakin kau tidak menangis. Aku ... aku tidak bisa membuatmu menangis."

"Tapi kelakuanmu cukup bisa membuatku menangis," tanggap Jihye dingin. "Kenapa kau tidak memutuskanku saja sejak dulu? Kenapa kau malah membiarkanku berjuang sendirian? Kau ingat saat aku menunggumu di mal karena kita akan menonton film saat itu? Aku yakin kau telat karena menemui Solhee."

Knowing Me, Knowing You ✓Where stories live. Discover now