11. 상저 | Hurt

6.5K 690 70
                                    

Deyra tergagap saat bangun tidur karena teringat akan kemarahan sang suami kemarin sore. Tak henti-hentinya Kim Deyra menitihkan air mata di ruang pribadinya sampai kini telah berganti hari.

Sejak kejadian kemarin, semalaman Deyra hanya meringkuk dikasur dan tak melakukan apapun. Deyra merenung sambil melamun dan fokus matanya hanya mengarah pada sebuah figura yang Jeymin cari selama ini.

Sebegitu cintanya kah suaminya pada Sona?

Pemikiran itu kini telah menginvasi otaknya hingga menimbulkan pening yang bukan main hingga menjalar ke seluruh bagian kepala.
Ia mengerjap berkali-kali dan tak berniat untuk bangkit dari kasur. Tubuhnya masih meringkuk kesamping dan bola matanya berputar ke segala arah.

Tisu-tisu putih itu yang semula putih bersih kini berubah menjadi warna merah berhamburan di  lantai. Denyut nyeri di punggungnya akibat terbentur lemari kini semakin menjadi-jadi dan menjalar keseluruh area tubuh. Bibirnya seakan mengelupas akibat tenggorokannya yang perih karena tercekat terlalu banyak. Dan kini dadanya sesak bukan main tatkala ia tiba-tiba merindukan seseorang.

Deyra sangat merindukan kedua orang tuanya dan itu membuat air matanya mengalir deras menjatuhi bantalnya.

Suara kicauan burung di luar menghiasi paginya yang berantakan. Ia tersenyum sekilas ketika sesuatu kembali meluncur dari hidungnya. Deyra bergegas bangkit dan mengambil beberapa helai tisu untuk ia usapkan ke bawah hidungnya. Ketika ia berdiri tegap rasa pening itu kembali menghantam semakin kuat kepalanya, seakan kepalanya sendiri kini menjelma bagaikan batu besar. Deyra hampir limbung, namun dengan gerakan cepat ia mengambil wadah kecilnya yang berisi pil obat. Ia menelannya dengan cepat lalu meneguk air minum dengan perlahan.

Rasanya Kim Deyra seakan mau mati hari itu juga. Ia mengunci kamarnya dan mengabaikan panggilan bibi Jung yang mengetuk pintunya berkali-kali. Ia bersikukuh tak ada yang boleh melihat kondisi kamarnya, namun ketika bibi Jung mengatakan jika wanita itu akan melapor pada Jongin tentang dirinya. Deyra buru-buru membuka pintu dan mencegah bibi Jung untuk melakukannya.

Pintu kamar terbuka lebar setelah Deyra menarik knop pintu dan menampakkan wujudnya di hadapan bibi Jung.

“Jangan katakan apapun pada Jongin bibi.” Suara Deyra begitu lirih hampir seperti bisikan. Deyra memohon dengan raut wajahnya yang tak berdaya. 

Dan seketika bibi Jung melebarkan mata ketika melihat perwujudan Deyra yang wajahnya semakin pucat mengerikan dan dihiasi darah yang masih membekas di bawah hidungnya.

Sebetulnya bibi Jung sudah was-was sejak kemarin, karena Deyra meneteskan banyak darah dari hidungnya secara tiba-tiba. Dengan begitu bibi Jung bergegas mengantar Deyra ke kamar pribadinya dan membantu Nyonya mudanya itu untuk minum obat dan juga menyiapkan makan malam lalu membiarkan Deyra beristirahat.

Bibi Jung mengira kondisi Deyra akan berlangsung pulih setelah minum obat, ternyata dugaannya salah. Terlebih saat ia sedikit melirik kondisi kamar Deyra, bibi Jung buru-buru masuk ke dalam ruangan saat itu juga dan berniat membersihkan kamar Deyra yang terbilang begitu mengenaskan.

“A-apa yang terjadi Dey...? Mimisanmu masih belum berhenti? ” mulut bibi Jung menganga dan dan matanya menatap Deyra begitu tajam. Bibi Jung memegang lengan Deyra begitu khawatir dan merasakan tubuh Deyra yang suhunya abnormal.

“Dey... badanmu sangat panas.” Seketika bibi Jung terkesiap dan menampakan wajah ketakutan dan bergegas mengambil ponsel dari saku celananya. “aku akan memberitau Jongin jika kau sakit agar kau tidak perlu masuk kerja hari ini. Aku akan meminta padanya untuk mengantarkan mu ke rumah sakit.”

“Bibi Jung, jangan.” Deyra menggeleng pelan dan meraih tangan bibi Jung yang hendak mengambil ponsel. “aku tidak ingin Jongin khawatir denganku.”

5. LIGHTS | PJM ✔Kde žijí příběhy. Začni objevovat