15. 생신 | Birthday

5.8K 693 37
                                    


Sampai ku menutup mata;Ost Heart

Happy reading


Tiba di rumah dengan melepas lelahnya adalah bagian paling menyenangkan dari serangkaian rutinitas sehari-hari. Tapi itu dulu, ketika Kim Deyra belum melepas masa lajangnya. Kehidupan yang sekarang jelas jauh berbeda. Keinginannya mendapat ketenangan dengan cara membanting diri di kasur tak pernah lagi ia rasakan.

Bagaikan rotasi bumi yang berputar mengelilingi matahari. Kenyataan seolah tak membiarkan dirinya untuk tenang barang sedikitpun, termasuk memikirkan Jeymin yang terus berkeliling di kepalanya. Bahkan ketika ia baru saja menenggelamkaan diri di rumahnya sendiri, ia sudah dihadiahi informasi menyebalkan dari bibi Jung. 

“Dia masih tidak mau makan, Dey. Bahkan makan yang siang tadi saja dia hanya mau menelan tiga sendok, itupun aku memaksa. Minum juga hanya setengah gelas.” Bibi Jung sedikit mendekat mendapati Kim Deyra terdiam bersedekap sembari memijat pelipis. “ada apa sebenarnya, Dey?” tanya bibi Jung sedikit khawatir.

Masih tentang wanita itu. Sudah buta mata, buta cinta juga. Sampai kapan dia mau begini? Tidak ada habisnya memikirkan Sona yang sudah meninggalkannya. Egois sekali isi kepalanya itu.

“Deyra?”

“I-iya...”

Maka panggilan bibi Jung seketika mengejutkan Deyra dari lamunan tanpa berniat menjawab pertanyaan bibi Jung. Jujur, memikirkan pekerjaan dan rutinitas pengobatannya saja sudah sangat membuat isi kepalanya kerja keras, ditambah lagi jika Jeymin membuat keonaran dirumah. Sukses membuatnya menghembuskan nafas berkali-kali sangking kesalnya.

Bahkan sebelum berangkat ke kafe, ia sempat membuang segelas susu ke wastafel hanya karena ia geram akibat Jeymin yang tak mengindahkan perkataannya. Dengan begitu jadilah bibi Jung yang Deyra minta untuk mengurus semuanya, membuat Jeymin makan dengan lahap tiga kali sehari. Namun Jeymin tetap pada pendiriannya ingin menyakiti diri sendiri. Ugh- menyebalkan sekali pria itu.

“Dimana dia bi?”

“Ada di ruang Tv, baru saja bibi menyuruhnya makan lagi tapi dia tetap saja menolak.” Raut wajah bibi Jung terlihat sama frustasinya dengan Deyra, namun ada hal yang membuat bibi Jung seketika membelalakan mata bahagia‒karena ia baru saja mendapat ide. “Dey, kau tau makanan kesukaan Jeymin? Nanti biar bibi yang masak, mungkin dengan begitu dia baru mau makan,” ucap bibi Jung antusias.

“M-ma-makanan?” ucap Deyra terbata-bata, dengan raut wajah yang mendadak tegang.

“Iya benar... makanan kesukaan Jeymin. Pasti kau tau.”

Well...  tidak salah bibi Jung mengajukan pertanyaan seperti itu, karena hal demikian merupakan hal dasar yang biasa diketahui oleh sepasang suami isteri. Seharusnya... dan hal itu belum berlaku bagi pasangan di rumah ini. Hatinya seolah kembali terhujam kenyataan dan berpikir ‘isteri macam apa aku? Bahkan makanan kesukaan Jeymin pun aku tidak tau’.

Hanya ada satu cara untuk menjawab pertanyaan itu, dan Deyra segera meraih ponselnya yang tersimpan di tas lalu menghubungi ibu Park. Ia menempelkan ponselnya ke telinga dan tak lama kemudian ibu Park mengangkat panggilannya.

“Selamat malam ibu...”

“Malam Dey, ada apa? Ah... ibu rindu sekali dengan kalian.”

Deyra tersenyum hangat sembari menatap bibi Jung yang masih setia berdiri dihadapannya. “Aku juga merindukanmu bu...” Deyra menjeda bicaranya, lalu berdehem sekilas. “aku ingin bertanya pada ibu tentang apa makanan kesukaan Jeymin. Aku ingin memasak untuknya malam ini.”

5. LIGHTS | PJM ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang