27. 항복 |Surrender

6.1K 744 145
                                    

Terkadang, jika kita terus berpikiran hal yang negatif pada suatu masalah. Kemungkinan terbesar sugesti yang kita pikirkan itu akan semakin membuat kita jatuh dalam pusaran---kebenaran yang menyakitkan.

Ada kala saat kita memikirkan hal buruk yang belum terjadi, sebaiknya kita membuang pikiran buruk itu jauh-jauh. Jalani semuanya dengan positif dan keyakinan penuh, niscaya hal buruk itu bisa saja kita hindari.

Seharusnya, Deyra bisa sembuh dengan perawatan intensif di yayasan. Seharusnya, wanita itu bisa membuat kondisinya berangsur membaik karena dokter Song memberi pengobatan secara maksimal. Tapi nyatanya sudah hampir seminggu ia berada di yayasan ini, tubuhnya tak mendukung dirinya untuk sekedar pulih.

Deyra sudah tak mengalami muntah darah lagi adalah suatu keajaiban yang dokter Song syukuri. Namun dua hari belakangan ini, semua itu tergantikan oleh satu gejala, di mana wanita itu justru sering mengeluarkan darah dari hidung---disertai sakit kepala yang luar biasa menyiksa. Ini salah sugestinya yang selalu mengatakan jika dirinya tidak akan bisa sembuh lagi.

Ia sudah lelah dengan semuanya.

Ia sudah merencanakan kematiannya.

Ia senang mengetahui dirinya semakin memburuk.

Karena dengan semua keterpurukan yang semakin menjadi-jadi, akan mempermudah dirinya menuju pada kebahagiaan yang mutlak. Tentu saja, wanita itu ingin bahagia pergi dari dunia yang menyakitinya. Wanita itu ingin bahagia karena akhirnya telah membayar sesuatu yang berharga kepada orang terkasihnya.

Deyra yakin sekali jika Tuhan akan melancarkan niatnya kali ini. Karena Tuhan sesungguhnya menginginkan yang terbaik untuk umatnya.

Tapi tidak untuk dokter Song, yang terus saja berupaya maksimal di atas profesinya sebagai penyembuh. Namun sehebat-hebatnya seorang dokter, yang berkuasalah yang memutuskan bagaimana nasib selanjutnya.

Selama dua hari ini, Deyra hanya terus berbaring di ranjang. Di temani oleh Jungkook yang terus meratapinya dari kejauhan. Wajahnya yang amat sangat pucat dihiasi selang oksigen, tangannya yang lemah juga sudah terpaut oleh jarum infus, tak ketinggalan juga alat pendeteksi detak jantung yang jelas terdengar mengerikan karena frekuensinya yang sangat lamban.

Semuanya menandakan jika wanita itu benar-benar lemah secara fisik.

"Aku dan dokter Kang sudah sepakat, jika kami harus mengambil tindakan dengan melakukan transplantasi sum-sum tulang belakang dua hari ke depan. Itu satu-satunya jalan terakhir, melihat kondisimu makin mengkhawatirkan seperti ini," ucap dokter Song dengan berat hati sekaligus memasang wajah murung karena ia sudah merasa gagal merawat seorang pasien.

"Dokter tak perlu bersedih begitu, aku rasa kau tidak perlu melakukan tindakan lanjutan. Pengobatanmu tidak ada yang percuma, hanya saja dokter tak perlu melakukan hal yang sia-sia seperti melakukan transplantasi." Nada bicaranya lemah dan terdengar pasrah hanya saja Deyra mengulas senyum yang terlampau tulus pada dokter di hadapannya ini.

"Kau ini bicara apa? Ini sudah aturan medis. Jika tidak segera dilakukan transplantasi, kemungkinan terbesar kau tak lagi selamat."

"Memang itu yang aku inginkan dokter Song."

Dokter Song menghela nafas berat. "Astaga Dey, kau seolah menyarankanku untuk menyerah saja dengan penyakitmu. Tolonglah, jangan bicara macam-macam. Sebagai dokter, aku selalu ingin semua pasienku selamat tanpa terkecuali." Ucapannya meninggi, jelas saja dokter Song sangat tidak suka atas apa yg Deyra katakan.

"Terimakasih, hanya saja aku benar-benar tak yakin." Deyra menunduk merenung, tak mengerti lagi harus berbuat apa. Sekelebat ia kembali memikirkan tentang suaminya lagi. "dokter Song, aku ingin bicara denganmu."

5. LIGHTS | PJM ✔Where stories live. Discover now