22. 피의 | Blood

5.9K 740 95
                                    

Aku kasi gambar Jimin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku kasi gambar Jimin.  Karena tidak ada momen Jeymin.
🙏

Perkiraan bibi Jung memang selalu benar, hanya dengan melihat kejanggalan di ruang tamu seperti—melihat Jeymin yang makan sendiri dan tergeletaknya sepatu kantor Nyonya mudanya di lantai—sudah dipastikan jika tidak ada yang beres saat itu.

Bibi Jung sama sekali tak mendapat respon ketika ia mengetuk pintu ruang pribadi itu. Ia menempelkan salah satu telinganya pada daun pintu dan mendengarkan begitu seksama, namun tak ada suara apapun yang ia dengar.

Kali ini bibi Jung terpaksa harus mengambil kunci duplikat, agar pintu benar-benar terbuka. Dan benar saja, ketika ia berhasil memasuki diri di dalam sana—bibi Jung seakan tak bisa berkutik dan beberapa detik kemudian ia berbalik badan untuk menghubungi seseorang.

“Di mana kau Jong? Bisakah kau kemari sekarang? Bibi sudah tak sanggup melihatnya.” Ucapan bibi Jung terdengar gemetar.

Tak butuh bicara banyak kepada Jongin, yang di ajak bicara bahkan sudah mengerti sekali apa maksudnya. Ia pun segera menutup panggilan dan beranjak pergi ke dapur untuk membuatkan bubur dan membawa air minum. Setelahnya ia kembali menuju kamar dengan tergesa-gesa sembari membawa makanan yang ia buat. Entah sejak kapan wajah bibi Jung di banjiri oleh air mata, ia terus berpikiran positif jika majikannya ini mungkin saja masih hidup.

“Dey... bangun...” panggil bibi Jung begitu pelan. Satu tangannya ia gunakan untuk menepuk-nepuk kecil pipi yang sedang tertidur pulas itu, namun satu tangannya lagi ia gunakan untuk mengusap wajahnya dari air mata. Bibi Jung sendiri tak begitu yakin, apakah yang dibangunkan ini masih memiliki nyawa atau tidak—itulah yang menyebabkan dirinya menjadi sangat takut.

Kim Deyra masih setia meringkuk di atas ranjangnya, sembari memegangi perut. Sekitar hidung dan mulutnya dihiasi banyak darah—bahkan darah itu sampai mengalir ke leher dan sprei ranjang, bisa dipastikan jika Kim Deyra tak lagi sanggup ke kamar mandi untuk membersihkan semuanya. Kulitnya benar-benar pucat dari ujung kepala hingga ujung kaki. Siapapun yang melihatnya pasti akan mengira jika wanita ini benar-benar sudah mati.

“Dey... bangun Dey...”

Masih tak ada respon.

“Buka matamu sayang... bibi takut.” Suara bibi Jung benar-benar ketakutan, ia juga sedikit terisak.

Dua detik kemudian, yang dipanggil akhirnya membuka mata secara perlahan. Bibi Jung membuang nafas lega namun tak menyudahi tangis ibanya.

“Ibu...” ucapnya asal ketika ia melihat bibi Jung.

Bibi Jung segera mengangkat tubuh Kim Deyra untuk duduk bersandar di kepala ranjang, lantas bibi Jung  juga membuka blezzer kerja—agar Deyra bisa sedikit memiliki udara di tubuhnya. Bibi Jung tak ingin bicara banyak, ia melakukan apa yang ingin ia lakukan untuk sekedar memberi pertolongan pertama. Diambilnya sekotak tisu untuk membersihkan wajah Nyonya nya yang lemah itu, setelah selesai bibi Jung bergegas mengambil obat di atas nakas dan air minum yang telah ia persiapkan.

5. LIGHTS | PJM ✔Where stories live. Discover now