8.8K 975 330
                                    

Note : sangat disarankan untuk membaca book 'origami' terlebih dahulu karena penjelasan masalalu akan sangat sedikit.

*✧ ⃟ ⃟ ━━━ೋ๑୨۝୧๑ೋ━━━ ⃟ ⃟ ✧*

"Jihoo cuman mau ayah, ayah jangan kerja!"

ㅡadalah rengekan yang selalu Hyunjin dengar tiap kali si putra kesayangannya tak mau ditinggal pergi. Terlebih ketika penyakit si kecil kambuh, sudah Hyunjin pastikan bahwa ia tak akan bisa lepas dari bocah itu barang sejenak.

"Jihoo sudah besar, ada bibi Jung yang temani"

Jika bukan karena jadwal kunjungan salah satu investor besar ke perusahaannya siang ini, Hyunjin tentu akan memilih untuk menemani putranya dirumah saja. Tapi keadaan memaksanya untuk berpikir keras tentang bagaimana caranya ia bisa membelah tubuh. Konyol memang, tapi hanya itu yang bisa ia pikirkan untuk saat ini.

Bibi Jung, salah satu pelayan kepercayaan keluarga besar Hwang yang telah mengabdi selama hampir 20 tahun pun tak tahu harus bagaimana lagi menghadapi si keras kepala Hwang Jihoo. Jika memang begini, Jihoo memang tak bisa ditinggalkan atau bocah itu malah akan semakin menjadi.

"Astaga.. aku harus bagaimana, bi?"

Bocah 5 tahun itu menatap penuh harap pada sang ayah, mainan robot ditangan pun siap dimainkan jika memang ayahnya tak akan pergi dan memilih untuk bersama dirinya hari ini.

Tubuhnya terasa hangat, dengan wajah memerah karena terlalu banyak menangis semalam. Berada dalam pangkuan bibi Jung tak cukup, Jihoo hanya inginkan sang ayah.

Masih dengan mata yang menatap Hyunjin sendu, pria jangkung itupun menghela napas sebelum akhirnya mengeluarkan ponsel dari saku celana kain yang dikenaknnya.
"Aku akan terlambat, tolong persiapkan semuanya terlebih dahulu"

"Tapi anda harus datangㅡ"

"Aku tahu, akan kuusahakan"

Sambungan terputus sepihak. Hyunjin melirik arloji mewahnya sekilas. Masih tersisa 3 jam sebelum rapat dimulai. Setidaknya ia masih punya cukup waktu untuk membawa putranya ke rumah sakit sebentar dan kembali membawa Jihoo dalam keadaan tidur. Selepasnya ia akan pergi ke kantor, jika ia bisa.

"Kalau begitu ayo ke rumah sakit, sayang"

Hyunjin berlutut guna mensejajarkan tingginya dengan ranjang ukuran medium milik sang anak. Mengulas senyum sehangat mungkin dengan mata yang menatap teduh kearah wajah tampan Jihoo.

"Ayah tidak pergi?"

Masih dengan senyum hangat yang menghiasi wajah, pria bermarga Hwang itu menggeleng sebagai jawaban.
"Ayah tidak bisa bekerja kalau Jihoo sakit begini, jadi kita ke rumah sakit saja. Bagaimana? Setuju?"

Tak ada jawaban, justru bibir mungil Jihoo yang melengkung kebawah lah yang dapat Hyunjin lihat saat ini.

Jihoo tak butuh obat, tak butuh periksa pula. Yang ia inginkan hanyalah keberadaan sang ayah yang bisa dibilang sangat jarang meluangkan waktu untuknya.

Tapi jika ia menolak maka pria itu akan marah pikirnya. Maka, dengan berat hati kepalanya mengangguk lesu. Setidaknya sang ayah tak akan pergi dan akan menemaninya untuk hari ini.

Usapan lembut pada pucuk kepala menjadi akhir pembicaraan pagi ini. Hyunjin memutuskan untuk menunggu putranya yang dibawa masuk oleh bibi Jung demi berganti pakaian yang lebih tebal.

*✧ ⃟ ⃟ ━━━ೋ๑୨۝୧๑ೋ━━━ ⃟ ⃟ ✧*


"Ayah, bisa tidak dokter yang periksa Jihoo nanti jangan dokter Minho?"

[II] remind. ♡「hyunjeong」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang