5.3K 832 457
                                    

Hyunjin tidak tau apa yang harus dipikirkannya separuh malam begini. Dengan secangkir kopi yang tak lagi mengeluarkan uap panas, juga sepertiga batang rokok yang dibiarkan menyala diatas asbak. Pria dengan setelan piyama berwarna merah maroon itu hanya terdiam menatap langit dengan bintang yang bertabur sebagai penghiasnya.

Ya, hingga saat ini pun ia masih percaya bahwa pujaan hatinya tengah bersinar terang diatas sana.

Menyaksikan kesendiriannya yang tampak menyedihkan.

Disini, tepat dimana ia duduk saat ini. Menjadi saksi bisu ketika sang kekasih yang dengan tega meninggalkannya kala itu.

Ingin rasanya ia merasakan pelukan itu kembali, namun Tuhan berkehendak lain. Tubuh hangat Jeongin telah tergantikan dengan angin malam yang begitu menusuk. Menjalar ke seluruh tubuh, menyisakan rasa sakit yang mampu meremukkan seluruh persendian Hyunjin.

Katakan Hyunjin budak cinta, walau memang itu kenyataannya.

"Jeongin, kamu masih disana kan?"

"Kemarin aku mimpi lihat bintang jatuh, dan hari ini aku ketemu sama orang yang punya wajah persis kamuㅡ"

Hyunjin berujar, tersenyum miris kemudian menundukkan kepala. Lagi, ia sedang berada di titik terlemah ketika sekelebat masa lalu yang datang menghampirinya.

"Karna aku gak bisa nurutin wish kamu waktu itu, kamu jadi turun tangan langsung? Hm?"

"Aku.. aku merindukanmu Jeonginie" gumamnya nyaris tak terdengar, terasa berat karena terhimpit rindu yang terasa amat luar biasa.

Tentang hari ini, setelah belasan tahun lamanya tak jumpa dan kembali diizinkan oleh Tuhan untuk melihat wajah yang sama.

Meski ia tahu, tentu keduanya bukanlah orang yang sama.

Hyunjin terlalu larut akan kesedihan, termakan rindu yang begitu menyiksa. Entah gejolak apa yang akan dirasakannya nanti pada dokter Kim Jeongin tersebut, ia menyerahkan semuanya pada takdir yang akan diberikan Tuhan.

Dan Jeongin sebagai saksinya,

Telapak besarnya mengusap air mata yang entah sejak kapan menganak sungai di kedua rahang tegasnya. Sebagai penutup acara pelepasan rindunya dengan cinta pertama ㅡritual yang dilakukan Hyunjin setiap kali merindukan sosok Jeongin; menghirup udara malam di balkon kamar tepat perginya sang kekasih dahulu.

Setelah merasa semuanya lebih baik, pria itu memutuskan untuk kembali. Tak lupa senyum hangat yang ia berikan pada langit malam, sebagai tanda bahwa ia masih baik-baik saja disini. Sesuai permintaan cintanya,

"Selamat malam, pacarnya kakak"




*✧ ⃟ ⃟ ━━━ೋ๑୨۝୧๑ೋ━━━ ⃟ ⃟ ✧*

Tahu apa yang membuat Hyunjin terkejut bukan main saat ia menghabiskan paginya dengan melahap sarapan bersama sang anak?

Bocah 5 tahun yang terbilang cukup menyebalkan akan tingkahnya yang super hyperaktif.

Yaitu ketika Jihoo mengeluarkan botol vitamin yang telah kosong pada sang ayah. Bukan hal spesial sebenarnya, hanya saja Hyunjin tau bahwa bocah itu bahkan sulit meminum obat maupun vitaminnya. Apalagi jika tak diberi aba-aba oleh yang lebih tua, mungkin botol vitamin tersebut hanya akan berkurang 1 butir dalam jangka waktu berminggu-minggu.

"Ayah, Jihoo sudah habiskan vitaminnya!"

"Nggak kamu buang kan, boy?" Hyunjin menatap penuh selidik, buat yang lebih kecil mengeluarkan ekspresi tak terima yang dilebih-lebihkan.

[II] remind. ♡「hyunjeong」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang