12°

2.3K 456 43
                                    

"Brengsek"

Woojin menggeram, Jeongin dapat melihat wajah sang kakak yang menunjukkan kemarahannya. Mulai dari rahangnya yang mengeras hingga tangannya yang mengepal kuat diatas kedua lutut.

"Maaf," Jeongin menggigit bibir bawahnya sekilas. Merasa tak enak hati karena pria itu baru saja pulang dari London hanya untuk menemuinya dan ia malah memberi kabar buruk perihal berakhirnya hubungannya dengan Bangchan.

"Kenapa minta maaf? Dia yang berbuat kurang ajar padamu"

Kemudian Jeongin tersenyum sembari menggeleng pasrah, "hyung jauh-jauh datang kemari hanya untuk mencemaskanku"

"Tidak, sebenarnya aku memang akan ambil cuti selama beberapa hari untuk minggu depan. Tapi karna Bangchan bilang aku harus menemanimu, jadi aku memutuskan pulang sekarang. Ck, kaparat itu-"

"Memang Chan hyung bilang bagaimana? Apa dia tidak memberitahumu kalau hubungan kami sudah berakhir?"

Woojin menggeleng, tatapannya masih terlihat amat kecewa dengan sosok yang selama ini ia percayakan untuk menjaga Jeongin. Tapi apa yang ia dapatkan sekarang, pria itu malah mencampakan adiknya. "Dua hari yang lalu dia menelfonku, menanyakan kapan aku kembali ke Seoul. Lalu dia bilang sebaiknya aku cepat pulang karna kau membutuhkanku. Dan ternyata benar, lihat, sudah berapa banyak berat badanmu menghilang karena ulahnya" jelas Woojin sedikit kesal.

Jeongin menghela napas pelan. Sedikit tertawa ketika terlintas dipikirannya akan Bangchan yang bisa-bisanya masih memperdulikannya setelah apa yang pria itu perbuat. "Kenapa dia masih peduli padaku?"

Woojin tak menjawab, ia pun juga tak habis pikir dengan pria kelahiran Australia itu. Memilih untuk masuk ke dalam kamar apartemen adiknya untuk berganti baju. Sejak tiba di bandara pagi tadi, Woojin belum sempat mampir ke rumah orang tuanya karena hanya Jeongin lah tujuan utamanya.

Ketika sampai di kamar Jeongin, pria itu menemukan sebuah jas kantoran yang terlipat rapi diatas tempat tidur. Sempat berpikiran apakah Jeongin akan menggunakan jas formal tersebut dalam suatu acara, tapi sepertinya tidak karena ia tahu persis style yang disukai adiknya.

"Ini punya siapa?"

Jeongin mengikuti Woojin untuk mengetahui apa yang pria itu tanyakan. "Ah itu punya Hyunjin"

"Hyunjin?"

"Hm, ayah dari pasienku. Kemarin tertinggal saat dia mampir kesini, katanya sih mau diambil hari ini"

Woojin mengernyit, nama Hyunjin seperti tak asing baginya. Namun baru saja ia akan bertanya, telinganya menangkap suara bel yang menggema di apartemen Jeongin. Bersamaan dengan pemuda didepannya yang segera berlari menuju pintu utama.

"Hyunjin!" Jeongin memekik senang. Membuat Hyunjin sedikit tertawa gemas namun dengan cepat rautnya berubah menjadi terkejut ketika ada sosok pria lain yang muncul dari pintu apartemen Jeongin.

"W-woojin hyung?"

"Hyunjin?"

Ujar keduanya bersamaan, masih saling melempar tatapan terkejut hingga Jeongin menatap keduanya secara bergantian, "kalian saling kenal?"

//

.

Jeongin menggeser posisinya begitu saja. Membiarkan Hyunjin duduk disisi kirinya setelah pria itu berdiri menatap foto keluarga yang terpajang di ruang tengahnya.

"Pantas aku merasa tidak asing dengan wajah di foto ini, ternyata itu kau hyung?"

Woojin menggeleng heran, "ingatanmu benar-benar payah. Bagaimana bisa melupakan gurumu sendiri?"

[II] remind. ♡「hyunjeong」Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz