4.2K 689 97
                                    

"Nak Hyunjinㅡ"

Langkah kaki jenjang milik pemuda Hwang itu terhenti. Wanita paruh baya yang sedari tadi menunggunya sarapan itu pun mendekat. Mengambil piring bekas menu makan pagi Hyunjin yang masih tersisa cukup banyak.

Sedari tadi, Bibi Jung memang terus memperhatikan Tuan Mudanya yang terlihat tak begitu berselera.

"Apa masakan bibi tidak enak?" tanya wanita itu dengan nada lembutnya

"Maaf Bi, tapi aku sedang tak berselera"

Bibi Jung menghela napas sejenak. Hyunjin sudah ia anggap putranya sendiri, ia jelas tahu jika pemuda itu seperti ini pasti ada masalah yang disembunyikan.

"Mau bercerita?"

"Tidak, bibi pasti bosan mendengarnya, aku harus bekerja, Bi"

Belum sempat Hyunjin beranjak, namun lengannya lebih dulu ditahan oleh wanita itu. Cukup lama terdiam, hingga Hyunjin akhirnya memutuskan untuk tak mengelak. "Apa karena Jeongin? Atau Heejin?"

Mungkin salah satunya, Bibi Jung berhasil menebak.

"Mau mengobrol? Tunggu disini, Bibi akan buatkan secangkir kopi untukmu"

Bibi Jung beranjak, tak lupa membawa nampan berisi piring bekas sarapan Tuan Mudanya hari ini untuk dibereskan. Kemudian tanpa menunggu lama wanita paruh baya itu kembali, dengan secangkir kopi ditangannya.

"Bibi tau kau tak berangkat hari ini, kemarin sehari penuh berada di kantor. Bukankah sekarang waktunya istirahat saja?"

Memang benar, Hyunjin tak ada kegiatan hari ini. Yang tadi sebenarnya hanya untuk menghindari pertanyaan Bibi Jung. Ia terlalu malas berpikir, atau lebih tepatnya ia benar-benar lelah.

"Jadi?"

Bibi Jung kembali membuka suara, tak ingin menyerah jika pemuda didepannya belum mau buka suara sedikit saja.

"I-ini, tentang Jeongin, Bi"

Mata Bibi Jung melayu, lagi, ia kembali merasa iba jika mendengar Hyunjin bicara soal Jeongin. Si manis yang memang ia ketahui adalah cinta mati Tuannya.

"Dia sudah tenang diatas sana, nak. Masih rindu?"

Hyunjin menggeleng, ia memang rindu, sampai kapanpun itu. Tapi yang ingin ia ceritakan bukan masalah itu, melainkanㅡ

"Dokter Kim yang sering kali diceritakan Jihoo. Dia memiliki wajah yang sama persis dengan Jeongin, Bi"

"M-maksudmu?"

"Nggak cuman sekedar mirip, bahkan mereka terlihat seperti orang yang sama"

Karena Hyunjin yang bicara cukup serius. Ditambah pria dihadapannya itu yang memang terlihat lesu 3 hari belakang, Bibi Jung mulai paham kemana arah pembicaraan mereka.

"Sudah coba cari tahu? Maksud bibi, tentang dokter itu. Apa kau mencoba mengenalnya lebih dekat?"

Hyunjin menggeleng, dengan tatapan kosong yang samar tertuju pada secangkir kopi panas dihadapannya. Pemuda Hwang itu mengatur nafas sejenak sebelum mampu menjawab, "nggak, Bi. Dia sudah memiliki jalan hidupnya sendiri, aku tak mau mengganggunya"

"Lalu? Tak masalah jika hanya mencari tahu, Hyunjin. Tuhan pasti punya rencana tersembunyi"

Hyunjin menarik napas gemetar. Kepalanya terangkat untuk memberikan seulas senyum untuk wanita paruh baya didepannya,
"Dia sudah bertunangan, Bi"

'ㅡsama sepertiku, aku sudah menikah, bahkan sudah memiliki Jihoo. Kami sudah memiliki jalan masing-masing"

Hyunjin berlagak santai, menganggap pertemuannya dengan Dokter Kim hanyalah pertemuan singkat biasa. Padahal, tak ada yang tahu bahwa setiap malam kepalanya selalu berpikir keras untuk menghadapi semua ini.

[II] remind. ♡「hyunjeong」Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin