14°

2.5K 484 121
                                    

Chapter ini agak angst ya :)

.

Bibirnya menarik seulas senyum kala mendapati putra tunggalnya yang duduk diatas tempat tidur kamar inapnya. Sudah hampir dua minggu terlewat pasca kecelakaan yang menimpa Jihoo dan bocah itu sekarang sudah mulai membaik setelah berhasil melewati masa kritisnya.

"Kenapa cemberut sayang?" Hyunjin duduk ditepi ranjang. Menyadari raut masam yang ditunjukkan buah hatinya membuat pria itu sedikit kebingungan. "Besok Jihoo kan sudah boleh pulang, kenapa sedih?"

Jihoo menepis kesal saat tangan sang ayah bermain di pipi gembilnya. "Jihoo nda mau pulang! Jihoo mau dirawat sama Jeongin hyung!"

Hyunjin menghela napas lelah, memilih untuk mengambil sebuah apel dan pisau kecil diatas meja.

"Tapi kan Jihoo sudah sembuh sayang"

Hyunjin menoleh kearah sumber suara, yang berkata barusan bukan dirinya. Melainkan sosok dokter muda yang baru saja masuk dengan jas putih lengkap dengan stetoskop yang terkalung di leher.

Pemuda Kim itu lantas membuka tiga kancing teratas piyama yang dikenakan pasien kecilnya. Kemudian menelusupkan stetoskopnya tepat kearah dada Jihoo, mendengarkan detak jantungnya telaten kemudian tersenyum manis. "Tuhkan, Jihoo sudah sembuh"

"Tapi Jihoo mau disini, Jihoo mau ketemu hyung setiap hari"

Setelah memastikan piyama Jihoo rapi kembali, tangan Jeongin beralih mengusap pipi yang lebih muda sebelum berkata, "Jihoo nggak harus tetap disini kalau mau ketemu hyung setiap hari. Kalau Jihoo mau, hyung bisa mampir kerumah Jihoo waktu hyung sudah selesai bekerja"

"Hyung janji?"

Jeongin mengangguk yakin, kemudian melirik kearah Hyunjin yang mengupas apelnya susah payah. Terlihat berantakan dengan posisi pisau yang mengupas dengan arah terbalik dan itu membuat Jeongin mengernyitkan alisnya ngeri. Tatapan pria itu fokus dan penuh konsentrasi. Hatinya menghangat mengingat Hyunjin lah yang selalu menjaga Jihoo tanpa kenal lelah. Selama putranya dirawat di rumah sakit, pria itu bahkan kerap kali tertidur dengan pakaian kerja dan kembali ke kantor dengan pakaian yang sama keesokan harinya. Jeongin tak yakin apakah Hyunjin juga memperhatikan dirinya sendiri menyadari kantung mata tebal juga tercetak jelas di wajah rupawannya.

Jeongin terkikik sebelum mengambil alih pekerjaan Hyunjin dengan hati-hati, "Jika memotongnya seperti itu, jarimu bisa teriris Hyun"

Setelahnya Hyunjin hanya menggaruk tengkuknya kikuk. Menyadari bahwa dirinya memang payah jika itu berurusan dengan pekerjaan rumah tangga yang sangat jarang sekali ia lakukan. Mengamati bagaimana Jeongin mengupas apelnya dengan begitu baik, tak seperti dirinya yang mungkin daging buah akan habis terbuang karena ia yang mengupas terlalu tebal.

"Nah-" Jeongin selesai dengan apel yang kini sudah berubah bentuk menjadi kotak berukuran lebih kecil.

"Jihoo harus makan buah yang banyak ya" Jeongin menyuapkan suapan kecil ke mulut Jihoo dengan sebuah garpu ditangannya. Kemudian kembali menusukkan apelnya lagi yang kini disodorkan tepat didepan bibir Hyunjin.

"Hyunjin juga harus makan banyak vitamin supaya tidak jatuh sakit"

Hyunjin terdiam, tanpa mengeluarkan protes apapun pria itu membuka mulutnya ragu dan membiarkan Jeongin menyuapkan apel sama seperti apa yang dilakukan pemuda manis itu pada putranya barusan.

"Aku seperti sedang merawat dua bayi besar" ucap Jeongin tertawa namun tetap menyuapi dua cucu adam didepannya bergantian.

*✧ ⃟ ⃟ ━━━ೋ๑୨۝୧๑ೋ━━━ ⃟ ⃟ ✧*

[II] remind. ♡「hyunjeong」Where stories live. Discover now