11°

2.5K 497 128
                                    

Hyunjin terbangun dengan jantung yang berdegup luar biasa panik. Menendang selimut tebal yang menutupi tubuhnya semalaman penuh hingga benda itu jatuh keatas karpet bulu disana.

Matanya mengedar ke seluruh penjuru ruangan. Menatap jendela yang terbuka dan menampilkan betapa cerahnya matahari disiang hari ini.

Hingga sosok yang menepuk pundaknya sontak membuat Hyunjin nyaris terlunjak. "Sudah bangun?"

Itu Jeongin, tersenyum cerah menyambutnya dengan ponsel miliknya ditangan. "Tadi ibumu menelfon. Maaf aku lancang mengangkatnya karena beliau terus menelfon sejak aku bangun tadi" sambungnya sambil menyodorkan benda pipih itu kembali ke tangan pemiliknya. Hyunjin hanya mengangguk kikuk menerimanya.

"Mau sarapan? Aku sudah masak sup tauge untuk menghilangkan pengarmu, cuci mukalah dulu setelah itu kita makan"

Hyunjin belum sepenuhnya tersadar, terlalu linglung, maka ia hanya bisa mengangguk sembari menatap kepergian Jeongin yang masuk ke kamarnya.

//

.

Teringat soal semalam, teringat tentang bagaimana memalukan dirinya ketika mabuk dan nyaris mencium Jeongin. Hyunjin ingin meledak, mengubur diri dan menghilang dalam sekejab.

Jika boleh jujur, Hyunjin bukan tipe orang yang bisa minum. Terakhir kali dirinya minum adalah ketika Minho dan Changbin mengajaknya untuk merayakan tahun baru. Itupun sebelum ia memiliki Jihoo. Dan sejak Jihoo lahir, terlebih istrinya meninggal. Ia tak pernah menyentuh barang itu karena ia tak ingin membuang waktunya demi alkohol. Baginya waktu untuk Jihoo adalah yang paling berharga.

Tapi semalam dengan bodohnya ia berkata bahwa ia kuat menahan efek samping dari sebotol soju, hanya soju pikirnya. Tak akan ada masalah. Tapi ternyata dugaannya salah, niat hati ingin menemani Jeongin untuk mengobrol semalaman. Ia malah berakhir mabuk dan melakukan hal yang benar-benar diluar kendalinya.

"Katanya mama ingin bertemu denganmu" Hyunjin mengatakannya untuk mencairkan suasana canggung ㅡmeskipun kecanggungan ini berasal dari dirinya sendiri, namun Jeongin justru tersenyum sembari meletakkan sebuah mangkuk didepannya. Gesturnya begitu tenang dan wajahnya terlihat cantik dipagi hari seperti ini. Pemandangan yang terlihat seperti seorang istri yang sedang menyiapkan sarapan pagi untuk suaminya.

"Benarkah? Kapan?"

Hyunjin menimang, "bagaimana kalau setelah ini? Orang tuaku tak akan lama di Seoul, mungkin hanya 2 hari?"

Jeongin tak berkata apa-apa setelah jeda yang cukup panjang. Hyunjin nyaris berpikir bahwa Jeongin mungkin tidak nyaman dengan ajakannya. Namun ketika mendengar suara 'baiklah' dari sosok dihadapannya dengan begitu antusias, pria itu menarik sudut bibirnya.

"Kalau begitu aku akan ganti baju dulu, habiskan sarapanmu Hyun"

*✧ ⃟ ⃟ ━━━ೋ๑୨۝୧๑ೋ━━━ ⃟ ⃟ ✧*

Kesan pertama saat Jeongin menerima sambutan yang begitu hangat dari Sana adalah, wanita itu tetap terlihat benar-benar cantik meski telah memiliki satu orang cucu. Disusul dengan Minhyun ㅡayah Hyunjin yang menyapanya sekilas, Jeongin semakin tak heran jika dimatanya Hyunjin terlahir dengan fisik yang begitu sempurna. Pria itu terlahir dari keluarga visual.

Sana tak memberi reaksi lebih selain menatap Jeongin dengan tatapan hangat. Memang, Hyunjin telah menceritakan Jeongshin sejak lama. Ia pun telah diperingatkan putranya bahwa jangan menunjukkan ekspresi terkejut saat ia membawanya kerumah nanti. Meskipun apa yang dirasakannya lebih dari sekedar rindu, wanita itu mencoba untuk menahan diri.

[II] remind. ♡「hyunjeong」Where stories live. Discover now