Day 1: Jomblo

67 28 60
                                    

Punya karir mentereng di usia dua puluh lima adalah definisi sukses bagiku, tetapi tidak dengan kakakku. Meski punya bisnis kafe sendiri dan isi kartu ATM-nya nyaris tumpah-tumpah, masih ada hal yang tidak bisa ia beli. Cinta. Cowok muka lempeng yang-kata Mama-ambisius sejak dini itu entah kerasukan apa tiba-tiba memintaku mencarikan pacar.

"Dek, di sekolah kamu ada cewek, kan? Kenalin ke Kakak, dong," katanya di suatu pagi saat mengantarku ke sekolah.

Cewek yang dimaksud Kakak adalah Bu Anggia, wali kelasku. Dia marah besar saat aku kenalkan pada Susi, teman sebangkuku. Apa yang salah? Dia juga sama-sama cewek.

"Ya masa Kakak pacaran sama anak kelas tujuh!" Roti tawar di mulutnya beterbangan ketika dia meneriakiku.

Aku mengatur pertemuan setelah Kakak mengancam tidak akan memberiku uang jajan. Pulang sekolah, aku pura-pura menangis di depan gerbang. Memasang wajah memelas bak anak anjing yang kehujanan dan kelaparan. Bu Anggia masuk ke dalam perangkapku.

"Bella, kenapa kamu nangis di sini?" Bu Anggia menangkup wajahku.

"Kakak saya gak mau jemput."

Bu Anggia tampak semakin kasihan padaku. "Loh, kenapa?"

"Kakak marah karena saya gak mau nyariin dia pacar."

Bu Anggia tertegun, kemudian meminta nomor ponsel Kakak. Aku mengulum senyum. Yes! Berhasil!

Setelah kuberi nomor ponselnya, Bu Anggia segera menelepon. Awalnya aku senang-senang saja. Namun, lama-lama pembicaraan mereka terdengar aneh. Ini tidak beres! Bu Anggia memarahi Kakak habis-habisan. Mengancam akan melaporkannya ke KPAI karena telah menelantarkan adik sendiri. Aku menepuk jidat. Salah lagi, deh!

Karena kesan pertama Bu Anggia terhadap Kakak seburuk itu, misiku gagal total. Ketika Kakak datang menjemputku, Bu Anggia tidak mengindahkannya. Beliau hanya tersenyum dan melambai padaku. Bahkan, Bu Anggia tidak tertarik dengan mobil Kakak. Lebih memilih panas-panasan menunggu ojek online yang telat datang meski Kakak menawarkan tumpangan. Aku kasihan pada Kakak. Sulitnya menjadi orang dewasa.

Catatan SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang