Day 5: Eighteen

36 18 25
                                    

Delapan belas tahun, kelas tiga SMA, akhir semester dua. Sebuah fase yang kulalui dengan penuh kebingungan. Merasa terlalu dini untuk bicara tentang mimpi, tapi terlalu dewasa untuk tidak punya cita-cita. Baru tahu, keputusan juga punya deadline.

Teman-temanku sudah menentukan tujuan. Tidak ada yang masuk universitas, tapi mereka bahagia karena mau bekerja, atau menikah dengan cowok pilihan orang tuanya. Aku? Cowok tidak ada, kerja pun mau di mana? Mau mengambil langkah, tapi tidak tahu harus lewat jalan mana. Kiri atau kanan, semua gelap. Tidak berani melangkah karena takut jatuh dan terluka. Masa depanku lebih dari sekadar suram.

Satu-satunya cara adalah percaya pada tangan yang menuntunku. Melewati jalan berkabut yang entah kapan akan menemui titik terang. Merasa salah jalan, tapi tidak punya pilihan selain bertahan. Lebih baik daripada tersesat sendirian, tapi tetap saja aku menggerutu.

"Ini bukan tempat yang aku inginkan," kataku pada diri sendiri.

Lalu, diriku yang lain menyahuti. "Kalau begitu, tempat seperti apa yang kau inginkan?"

Aku tidak punya jawaban. Bukan. Lebih tepatnya, aku tidak harus punya jawaban untuk pertanyaan seperti itu. Serasa aku sedang membangkang jika mengatakannya.

Hari demi hari dilewati dengan jiwa yang mengambang. Kaki menapak di sebuah fakultas, tapi hatiku tidak di sana. Masih berkeliling, sibuk mencari cara. Kalau tidak bisa keluar, setidaknya aku harus bertahan dengan bahagia.

Kenapa begitu rumit? Mimpi bukan lagi mimpi ketika aku beranjak dewasa. Ada tanggung jawab yang memaksaku mewujudkannya. Bukan lagi tentang apa yang aku inginkan, melainkan apa yang bisa kulakukan. Di jalan ini. Jalan yang telanjur aku lewati. Jalan yang terbentang dari perjuangan dan pengorbanan mereka yang kucintai.

Mama bilang, "Tidak apa-apa. Kamu baru delapan belas tahun. Masih panjang jalan yang kamu lewati. Masih banyak hal yang akan kamu temui."

Petuah klasik untuk menghibur diri, tapi aku percaya. Barangkali memang ada sesuatu yang belum aku sadari.

Catatan SemestaHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin