Day 14: Utopia

15 18 22
                                    

Perasaan, tadi aku memasuki kelas. Kenapa sekarang jadi padang rumput hijau begini? Aku tidak kenal tempat ini. Sebelumnya tidak pernah kulihat di dunia nyata. Apa pintu kelasku sebenarnya adalah gerbang menuju negeri dongeng? Lihat saja. Padang rumput tak berujung ini dipenuhi gelembung sabun dan peri-peri kecil beterbangan. Bahkan, seragam sekolahku sudah berubah menjadi gaun putih selutut. Ah, di sini tidak ada cermin. Apa aku tampak cantik mengenakannya?

Terdengar riuh dari arah belakang. Ketika menoleh, kudapati segerombolan cowok tampan yang entah datang dari mana. Pakaiannya kompak. Berjas rapi dan dasi. Tak lupa sepatu kulit mengilap. Apa mereka baru pulang dari kondangan? Tunggu dulu. Sepertinya aku mengenal wajah mereka.

Kakiku tiba-tiba gemetar sampai kepala. Mereka adalah cowok dalam poster yang kupasang di kamar. Bagaimana mereka bisa keluar dari sana? Ya ampun! Salah satu dari mereka melihat ke arahku. Senyumnya melebar, langkahnya mendekat. Dia adalah yang termuda di antara mereka. Namanya ....

"S-s-sehun ...."

Aku kesulitan mengeja namanya di saat seperti ini. Padahal, biasanya aku paling lantang meneriakkan nama cowok itu di depan laptop sambil memegang lighstick terbuat dari es kiko.

Apa-apaan dia? Sehun menertawakanku. Teman-temannya juga. Mereka terus mendekat ke arahku sambil terus tertawa. Semakin keras dan terdengar menggema. Sehun bahkan menggoda dengan mencolek daguku, tapi aku tidak merasa senang. Rasanya seperti aku sedang diolok-olok.

Apa lagi ini? Aku mencoba melarikan diri, tetapi mereka ada di mana-mana. Ketika aku berbalik, wajah Sehun tepat di depanku dengan tawa menyebalkannya. Teman-temannya di sekelilingku, terus tertawa terbahak-bahak. Apa yang lucu? Apa wajahku cemong?

Aku tersentak entah karena apa. Suara tawa itu masih terdengar gemuruh. Mataku terbuka, lalu melihat buku tulis di bawah lipatan tangan yang kujadikan bantal. Ketika aku mengangkat kepala, kudapati wali kelas sedang merekamku dengan kamera ponselnya diiringi tawa semua siswa. Ingin rasanya aku memaki!

Catatan SemestaWhere stories live. Discover now