Day 15: Hello, Crush

11 14 23
                                    

Kelas sudah sepi. Aku jadi yang terakhir di sini. Bukan karena sedang dihukum, tapi aku kebagian jadwal bersih-bersih kelas. Sebenarnya, aku tidak sendirian. Sekelompokku ada empat orang. Dua di antaranya tidak masuk karena sakit. Heran. Kenapa sakit janjian begitu? Satu lagi entah ke mana. Barangkali sudah kabur.

Aku menghela napas melihat seisi kelas. Bagaimana aku mengangkat semua kursi itu ke atas meja, lalu setelahnya menyapu lantai? Dendam apa mereka padaku sampai membiarkanku bekerja sendirian begini?

Mau bagaimana lagi? Bukannya sok rajin. Ini masalah tanggung jawab. Tidak apa-apa aku kerjakan sendiri saja, meski dalam hati mengomel. Ah, aku harus beristigfar. Kalau kerjanya enggak ikhlas, nanti yang dicatat malah amal jeleknya. Sayang, sudah capek-capek.

Aku mengambil sapu yang ditaruh di lemari khusus perkakas pembersih kelas. Karena malas mengangkat kursi, kubersihkan saja kolongnya setelah kursi-kursi itu ditarik keluar.

Tiba-tiba ada seseorang masuk ke dalam kelas. Aku mengangkat kepala ketika menyadarinya. Orang itu sempat menoleh padaku sebelum pergi ke mejanya. Mencari sesuatu di kolong meja, lalu mengeluarkan ponsel dari sana. Aku kembali menyapu, tetapi orang itu menghentikanku dengan suaranya.

"Kamu piket sendirian?" tanyanya.

Entah kenapa jantungku berdebar kencang ketika mendengarnya bicara padaku. Mungkin terkejut karena aku sedang fokus.

"Enggak, kok. Berempat. Tapi yang lain gak ada," jawabku tanpa menatapnya, pura-pura menyapu lagi.

Terdengar bunyi derit kursi. Aku menoleh lagi padanya.

"Aku bantu ngangkat kursi, ya. Lumayan kerjaan kamu bisa berkurang beberapa menit." Cowok itu tersenyum, menampakkan gingsul di sebelah kiri.

Aku sontak membuang muka. Kenapa wajahku memanas? Aku tidak pernah seperti ini sebelumnya. Ah, mungkin gugup karena merasa tidak enak berduaan sama cowok di kelas.

"Kamu pulang sama siapa? Dijemput?"

Pertanyaannya terdengar aneh. Lebih aneh karena jantungku berdebar lagi. Padahal, aku sering ditawari pulang bareng sama si Agus. Kok, tiba-tiba begini?

Mamah, periksa jantungku ke dokter, dong.

Catatan SemestaWhere stories live. Discover now