Bagian 1 | Hidup layaknya roller coaster

25.1K 861 28
                                    

[ RASENDRIYA VERSI TERBARU ]

🎵 Playing song : Huh Gak - empty word 🎵

️▫️▫️▫️

Renjun NCT as Rasendriya Gizha

“Aku hanyalah salah satu dari miliaran manusia yang terlahir dengan jantung tidak sempurna

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Aku hanyalah salah satu dari miliaran manusia yang terlahir dengan jantung tidak sempurna.”

Mark NCT as Ragara Nolan

“Aku akan berada di Garda paling depan untuk melindunginya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Aku akan berada di Garda paling depan untuk melindunginya.”

Ten NCT as Leonil Al-fatih

“Sekalipun dunia jahat pada mereka, aku akan mempertaruhkan segalanya—sekalipun nyawaku, asalkan mereka bahagia

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sekalipun dunia jahat pada mereka, aku akan mempertaruhkan segalanyasekalipun nyawaku, asalkan mereka bahagia.

Ryujin ITZY as Jina Feraya

“Selama aku hidup di dunia, baru pertama kali ini aku bertemu lelaki sepertinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Selama aku hidup di dunia, baru pertama kali ini aku bertemu lelaki sepertinya.”

Na Jaemin as Arselano Manggala

Na Jaemin as Arselano Manggala

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Nyawa di balas dengan nyawa.”

_____________________________________________________________

Waktu itu di masa lampau

     Mobil ambulance itu melaju kencang— sirene yang berbunyi sedikit nyaring—menerjang lebatnya hujan yang sedang mengguyur kota. Dengan pandangan yang mampu mengoyak hati, di belakang sana—anak remaja lelaki menutup kedua matanya rapat-rapat. Jejak darah pun dimana-mana.

     Berkali-kali pula sang sopir ambulance membunyikan klakson mobil hanya agar mampu menyalip beberapa kendaraan yang melaju. Bahkan mampu melanggar rambu lalu lintas. Semua dilakukan hanya demi keselamatan remaja disana yang sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.

     “Mas, pelan-pelan, Mas!” sentak salah satu perawat wanita—yang berkali-kali memeriksa denyut nadi serta detak jantung—juga dimemperingati sang sopir ambulance agar melaju lebih hati-hati saat hendak menabrak pengendara jalan.

     Dengan mata kepalanya sendiri, perawat wanita itu melihat jika detak jantung remaja yang kini sedang sekarat itu lemah.

     “Apa detak jantungnya masih aman!” dengan masih melajukan mobilnya, sang sopir menanyakan hal itu dengan nada sedikit berteriak.

     “Denyutnya lemah,” gumamnya lirih.

     “Apa anak ini akan selamat?” lanjutnya dengan nada khawatir.

      “Anak itu pasti selamat!”

      Perawat itu hanya mengangguk, setelahnya ia tetap terjaga demi menjaga seorang remaja lelaki akibat kecelakaan beruntun yang terjadi beberapa menit lalu. Bahkan di antara ketiga remaja itu, hanya ada dua remaja lelaki yang selamat.

      Naasnya, kecelakaan itu memakan satu korban jiwa yang mana beridentitas seorang gadis remaja yang masih belia. Terjadinya benturan yang keras di kepala serta dada—membuat gadis itu tak mampu lagi bertahan lebih lama.

      Anehnya, mengapa ketiga remaja yang terlihat masih muda itu di perbolehkan untuk mengendarai mobil. Yang mana itu sangatlah berbahaya. Akan tetapi tak ada yang mampu untuk menghakimi orang tua mereka.

      Tak ada yang tahu bagaimana dan seperti apa kehidupan masing-masing orang di dunia. Lama berkutat dengan pikirannya, samar-samar tangannya merasakan sebuah sentuhan yang begitu pelan.

      Perawat wanita itu mendongak, remaja lelaki yang kini berlumuran darah di hadapannya menggetarkan tangan. Bahkan bibirnya sedikit terbuka.

      Dan tak lama bibir itu bergerak pelan dan mengucapkan, "Gladis."

▫️▫️▫️

      Dokter lelaki yang tampak sedikit tua itu berdiri di depan ruang rawat. Gerakan mulutnya terlihat menjelaskan panjang lebar bagaimana kondisi anak di dalam sana, yang tubuhnya banyak sekali tertempel berbagai alat medis.

      Dengan penjelasan terakhir, sembari melepas kaca mata yang sedari tadi bertengger di batang hidung—Dokter itu menepuk bahu pasangan suami istri di hadapannya sebelum akhirnya bergegas pergi.

      Rani meraung, menangis tak terkendali, tubuhnya merosot kebawah dangan dada yang kembang-kempis. Berkali-kali ia menggelengkan kepala, jika apa yang ia dengar tidaklah nyata.

      Namun anak laki-laki yang di dalam sana, yang sama sekali tak bergerak sedikitpun—menjadi saksi jika apa yang tadi dikatakan sang Dokter benar adanya.

      Mereka saling memberikan pelukan, tangis mereka menyatu begitu pilu. Kenyataan itulah yang harus mereka terima.

      Di dalam pelukan sang suami, Rani masih berkali-kali bergumam—mengucapkan nama anak bungsunya.

      “Anakku koma, Mas ... Anakku koma.”

   

  

Hi, dan ya setelah lama aku memikirkan ini
Aku akhirnya memilih untuk merombak cerita ini dari awal
Karena ini adalah karya pertama aku dan aku baca-baca agak gimana gitu wkwk. Sampailah di sini RASENDRIYA dengan versi terbaru.
Makasihku buat kalian yang selama ini beri aku dukungan.

Separuh Napas [Slow Update]Where stories live. Discover now