Bagian 19 | Harapan yang luntur

5.6K 457 67
                                    

[ RASENDRIYA VERSI BARU ]

🎵 Playing song : Chen EXO - I'm not okay 🎵

🎵 Playing song : Chen EXO - I'm not okay 🎵

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

[R a s e n d r i y a]

     Hari ini lagi-lagi semesta menurunkan kekuasaannya. Langit mungkin sedang berduka—menurunkan tetesan air hujan yang bahkan dari kemarin belum surut meski sinar matahari terlihat malu-malu menampakkan diri.

     Semuanya tampak rapuh—ditemani oleh lara yang tak pernah ada ujungnya. Haru yang begitu mendalam dirasakan oleh mereka yang sedang berduka bersamaan dengan semesta serta rintikan hujannya.

     Tak ada raut bahagia di sana, yang ada hanyalah raut sendu serta kekecewaan yang perlahan timbul dengan sendirinya.

    Di sudut ruang, wanita itu berdiri dengan derai air mata yang masih menggenang. Raut kesedihan yang terpatri sudah tak dapat lagi di artikan. Tubuhnya lemas seketika, seakan tak ada tulang-belulang guna menopang beban pada tubuhnya.

     Ia masih terdiam, tatapannya sedikit kosong, di hadapannya seorang Dokter dan satu perawat cantik tak sekalipun terganggu akan pekerjaan yang saat ini mereka lakukan.

     Tangisannya kembali pecah saat memorinya kembali mengingat kejadian yang sekalipun belum pernah terjadi dalam hidupnya.

     Leon membawa tubuh sang Ibu ke dalam pelukan, tak urung air matanya ikut menggenang—melihat semesta yang telah menurunkan takdir begitu besar pada keluarganya.

     "Ini salah Mama, Mama ngak becus jaga kalian."

     Tak ada manusia yang terlahir sempurna, namun—bagaimanapun bumi berpijak, Ibu adalah sosok paling mulai yang pernah ada.

     Kesunyian masih menyelimuti ruangan, Leon menggeleng pelan—menepis perkataan sang Ibu yang menurutnya sangat tidak benar.

     "Ngak, Ma ... jangan salahin diri Bunda. Ini semua cobaan buat kita."

     Tak banyak yang dilakukan selain hanya menangis, menorehkan sesal di hati yang nyatanya sudah terlanjur terjadi. Di sana seseorang sedang terbaring dengan mata yang setia terpejam.

     Selang infus, masker oksigen—seakan menjadi makanan yang selama ini ia rasakan. Ada celah rasa sakit tersendiri yang enggan untuk pergi.

     Rani merasakan sesak dan sakit itu dalam waktu yang bersamaan.

     Mengapa semesta setega ini pada orang-orang tersayangnya?

     "Sebaiknya kalian istirahat. Rasen juga butuh waktu untuk istirahat—melihat kondisinya yang sedikit tidak memungkinkan."

     Rani dan Leon tersadar dalam kesedihan, kala suara bariton seorang lelaki lengkap dengan jas putih masuk kedalam gendang telinga.

Separuh Napas [Slow Update]Where stories live. Discover now