Bagian 25 | Antara duka dan bahagia

4.2K 330 60
                                    

• Playing song - Langit (cover) : Firasat •

• Playing song - Langit (cover) : Firasat •

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

RASENDRIYA VERSI BARU

     Pandangan Aya teralihkan, tepat saat kakinya berpijak pada tepi trotoar dengan lampu lalu lintas masih berwarna hijau yang tak begitu padat saat berbagai kendaraan darat berlalu-lalang.

     Ah, setidaknya ia masih bisa menangkap sosok yang diyakini jika ia begitu mengenalnya. Sejenak angin sore berembus lirih, sinar sang surya juga perlahan-lahan kembali ke sarangnya.

     Jika kalian bertanya hendak kemana langkah kakinya beranjak? Jawabannya adalah rumah sakit. Ya, setelah mendengar insiden kecelakaan yang menimpa kakak seniornya—Gara.

     Sontak seisi sekolah menjadi heboh. Bisik-bisik mulai terdengar. Tapi pikiran kacua-balau itu sedikit terasingkan saat ia melihat sosok itu dan berniat menghampirinya tepat saat lampu lalu lintas berubah merah.

     "Arsel?"

     mata Aya menyipit, dahinya berkerut bersamaan dengan dahinya yang terangkat. Sejanak ia menatap sesosok lain berdiri tak jauh dari ia berpijak.

     "Kok lo di sini? Bukannya mbak Rahel bilang lo ijin ngak sekolah karena harus ngurus surat di sekolah lama lo?" lanjutnya yang masih di rundung kebingungan.

      Ayolah, padahal baru kemarin ia menjadapatkan kabar Arsel yang tiba-tiba kembali ke luar negeri—sedikit ada kendala di sekolah lamanya.

     Angin yang semestinya berhembus lambat dan sedikit menyejukkan, kini terasa hilang dan tergantikan oleh suasana mencekam hingga membuat Arsel hampir saja terjerembab ke aspal.

     Napasnya tercekat sebatas tenggorokan, ludahnya pun seperti tak bisa tertekan dengan baik. Dan sialnya, keringat tipis mulai membanjiri wajahnya. Sungguh Aya tak tahu jika ia harus ada dalam situasi seperti ini.

     Sejanak ia menatap lelaki tambun yang berdiri di sisi kanannya.

     "Lo boleh pergi, nanti gua hubungin lagi," ucapnya lirih sebelum lelaki itu pergi meninggalkan mereka dengan motor hitamnya.

     Aya melihat hal itu pun semakin di rundung rasa tak paham sama sekali.

     "Lho, kok cabut? Dia siapa?"

     "Ah, bukan siapa-siapa cuman temen. Dan soal ucapan mbak Rahel, gua emang kemarin balik. Dan baru aja tadi gua nyampek ke jakarta," jelasnya sedikit meringis, memperlihatkan deretan gigi putihnya.

Separuh Napas [Slow Update]Where stories live. Discover now