15

98.8K 3.9K 55
                                    

Kabar langit malam ini terlihat mendung karena tadi hujan baru saja turun. Terlihat sisa-sisa genangan air hujan di jalan. Dengan jarum jam yang menunjukkan pukul sembilan malam, motor sport Geraldi melesat memecah keheningan.

Motor Geraldi bergerak cepat menuju tempat yang sudah disepakati oleh Daffan dan dirinya. Setelah sampai di tempat itu, sorot mata Geraldi menyapu sepanjang jalan. Memerhatikan orang-orang yang sepertinya akan menjadi penonton dalam balapan ini.

"Ger!"

Panggilan itu membuat Geraldi menoleh.

"Lo tau siapa lawan lo?" tanya Melvin.

"Siapapun lawan gue, gue gak peduli."

"Lo pada hati-hati pas balapan," ucap Geraldi pada ke lima temannya.

Genta mengangguk. "Keselamatan lebih utama," tambahnya.

Melvin, Arkan, Azka, dan Ryan mengangguk tanda mengerti dengan ucapan Geraldi dan Genta.

"Ger! Lo disini. Udah lama gak lihat lo balapan," ujar Rangga. Rangga adalah salah satu teman Geraldi sewaktu ia masih menjadi anggota geng motor itu. Namun saat ini ia adalah tim lawan dalam balapan malam ini.

Geraldi hanya tersenyum miring. "Iya baru kali ini lagi gue balapan."

"Sukses ya bro!" Rangga menepuk pundak Geraldi.

Balapan motor akan segera dimulai. Dimana balapan ini melibatkan dua tim. Tim yang menantang dengan tim yang di tantang. Seperti yang kemarin Daffan bilang, ia akan menantang Geraldi balapan.

Semua pembalap telah berada di posisi masing-masing. Termasuk Geraldi. Geraldi bersampingan dengan Daffan. Melalui helm fullface nya, Geraldi melirik tajam Daffan. Begitu pun dengan Daffan. Memberi arti bahwa Geraldi tak akan menang darinya.

"Liat aja nanti siapa yang bakal menang," batin Geraldi.

1...2...3

Balapan pun dimulai. Semua pembalap menancap gas. Menaikkan kecepatan motornya di atas rata-rata. Dengan gesit Geraldi membelokkan motor nya ke kanan dan ke kiri. Menyelip beberapa motor yang berada di sekitarnya. Walaupun Geraldi sudah lama tidak balapan, hal itu tak menghalangi Geraldi untuk menguasai area balapan.

Kini Geraldi memimpin pertandingan. Bertemu dengan Daffan yang juga berada di baris paling depan di antara yang lain. Daffan melirik tajam ketika musuhnya itu sudah berada tepat di sebelah motornya.

Daffan dan Geraldi sama-sama menaikkan kecepatan motornya lagi. Motor sport milik Geraldi melesat di sepanjang arena. Hembusan udara dingin menyelimuti tubuh nya. Geraldi melirik kaca spion, menemukan Daffan berada di belakangnya. Daffan mengambil ancang-ancang untuk melalui Geraldi. Namun, hal itu dapat Geraldi cegah. Geraldi mengendarai motornya menutup jalan bagi Daffan. Membuat Daffan kesulitan untuk menyusul.

Garis finish sudah berada di depan mata. Geraldi menarik gas nya hingga kecepatan maksimal. Motor sport Geraldi berhasil melewati garis finish, diikuti dengan Daffan di baris kedua.

Geraldi mengurangi kecepatan motornya. Kemudian, ia memberhentikan motornya tak jauh dari penonton.

Geraldi turun dari motor. Menghampiri Daffan yang masih duduk di atas motornya. "Lo liat kan siapa yang menang?" ucapnya dengan tajam.

Daffan terdiam.

"Kenapa? Lo takut kemenangan lo dengan cara curang waktu itu bakal musnah?"

Bughh

Daffan naik pitam karena ucapan tajam Geraldi. Ia mengepal tangannya dan langsung meninju Geraldi dengan kuat. Ketika melihat Geraldi tersungkur, ia langsung mencengkeram kerah baju Geraldi.

"Puas lo hah?! Permaluin gue di depan semua orang!"

Semua mata tertuju pada Daffan yang mencengkeram kerah baju Geraldi. Melihat hal itu, Daffan mengurungkan niatnya untuk memukul Geraldi lagi. Lalu, Daffan melepas cengkeramannya pada Geraldi dengan kasar.

Geraldi berdiri seraya mengusap darah yang keluar akibat pukulan Daffan, dan memposisikan dirinya di hadapan orang itu. Ia menusuk Daffan dengan tatapan tajamnya. "Lo ngerti kan? Cara licik lo gak akan bisa selalu bikin lo menang."

Geraldi tersenyum miring. Kemudian ia memberi kode pada ke lima temannya untuk pergi dari tempat itu.

"Liat aja nanti. Lo bakalan nyesel karena udah permaluin gue," batin Daffan.

---

Dengan langkah gontai, Geraldi masuk ke dalam rumah. Saat ini, kepalanya masih terasa pusing akibat pukulan Daffan. Seharusnya, tadi ia membalas pukulannya. Namun, ia menahannya.

Geraldi baru saja hendak melangkahkan kaki nya ke kamar. Tetapi, ia menghentikan langkahnya karena papa nya berdiri di hadapannya.

"Geraldi! Sudah papa bilang jangan pulang larut malam! Masih aja gak dengar omongan papa!"

"Oh gak boleh larut malam? Geraldi bakal pulang jam 5 pagi kalau papa mau," balasnya.

"Berani kamu ya-"

"Apa? Papa mau pukul Geraldi? Ayo pukul aja sekarang."

Papa Geraldi yang hendak menampar anaknya itu mengurungkan niatnya.

"Kenapa? Bukannya papa seneng liat Geraldi terluka?"

Perkataan Geraldi membuat papa nya terdiam. Entah mengapa hati papa nya terasa sesak mendengar Geraldi berkata seperti itu.

"Kalau emang papa gak peduli, jangan pura-pura peduliin Geraldi lagi." Geraldi melangkahkan kaki nya meninggalkan papa nya yang mematung di tempat.

Geraldi menutup pintu kamar lalu menguncinya. Setelah itu, Ia duduk bersandar di belakang pintu dan mengusap mata nya yang sudah berkaca-kaca.

Kenangan-kenangan masa kecil dengan orang tuanya terlintas dalam pikiran. Ia rindu dengan suasana riang bersama orang tuanya. Ia rindu dengan orang tua nya yang selalu memperhatikan dirinya. Sudah bertahun-tahun, Geraldi tak mendapatkan perhatian orang tuanya. Mereka selalu saja sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Saat ini saja, mama nya berada di luar kota untuk bertemu dengan clien nya.

"Geraldi cuman pengen bisa kayak dulu lagi," batinnya.

x x x

Tbc

Jangan lupa meninggalkan jejak!

VOTE dan COMMENT kalian bikin author makin semangat lanjut chapter nih! Seneng baca comment kalian.

Follow akun wattpad @withhiu


Happy reading

GERALDI [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now