32

70.8K 3.1K 41
                                    

Motor sport Geraldi berhenti di depan rumah Karissa.

"Ger makasih ya. Kalo gitu gue masuk dulu." Karissa hendak melangkah untuk membuka pagar namun, Geraldi lebih dulu mencekal lengannya.

"Lo di apain sama Daffan?"

Karissa menoleh, "Gue gak apa-apa."

"Ada hubungan apa lo sama Daffan?"

-

Flashback on

Line chat

Fan

|Karissa

Iyaa fan?|

|Ada yang mau gue omongin
|Ketemuan yok

Oke|
Dimana? |

|Di cafe biasa
|Jam 3 ya
|Tapi sorry gue gak bisa jemput lo
|Gue masih ada urusan

Iya Daf|
Gapapa|
Ketemuan jam 3 ya|

|Sip

Tiati yak|

|Ok

Read

Sebenernya gue tau, dia semakin berubah. Tiap gue ajak dia ketemu, dia selalu punya alasan. Dan kalau kita mau ketemu, di hari itu juga dia pasti aja ngebatalin. Dia jadi slow respon buat bales chat gue. Kadang juga gak ngasih kabar. Tapi dari dulu gue gak mau overthinking dan gue positif thinking aja, mungkin dia beneran lagi ada urusan penting.

Karena gue udah lama gak ketemu sama Daffan, akhirnya gue ngeiyahin buat ketemu.

Gue masuk ke cafe tempat gue sering ngabisin waktu bareng Daffan. Disana gue liat Daffan udah duduk di meja dekat jendela. Tempat favorit gue.

"Daf, lo udah lama nunggu?"

Daffan senyum "Enggak,"

"Lo mau ngomongin soal apa?"

"Lo lagi ada masalah?"

"Cerita sama gue,"

Gue bilang gitu ke dia sambil natap matanya.

Setelah beberapa detik, akhirnya Daffan buka suara.

"Kita putus aja ya."

Gue kaget karena Daffan tiba-tiba ngomong kayak gitu. "Maksud lo apa?"

"Lo gak denger omongan gue tadi?!"

Dan nada bicara Daffan meninggi. Sikapnya seketika berubah, nunjukin diri dia yang sekarang. Sekarang gue tau, Daffan bener-bener berubah. Dan dia bukan Daffan yang gue kenal. Mata gue mulai berkaca-kaca. Karena gue tau, percakapan ini akan berujung kemana. Tapi gue selalu positif thinking. Gue mau tau apa alasan dia. Kalau dia ada masalah sama gue, gue mau selesain baik-baik. Karena gue gak mau hubungan ini berakhir gitu aja.

"Tapi kenapa? Lo udah gak sayang sama gue?"

"Gue masih sayang sama lo, tapi lo udah bukan prioritas gue lagi."

Satu kalimat yang keluar dari mulut daffan lantas membuat gue mematung di tempat. Tubuh gue bergetar, menahan air mata yang sebentar lagi akan jatuh.

Gue bener-bener kecewa, orang yang selama ini gue anggep spesial dalam hidup gue, baru aja nyakitin gue.

"Lo bener-bener jahat ya Fan."

Dan disitu cerita gue sama Daffan selesai.

Flashback off

-

"Gue belajar buat move on, ya walaupun sempet galau dan unmood selama sebulan. Temen-temen gue nyemangatin gue dan mereka ngabisin waktu bareng gue supaya gue gak galau. Tapi beberapa hari setelah itu gue pindah rumah dan otomatis gue pindah sekolah. Lagi-lagi gue di selimutin rasa unmood. Ditambah gue belum kenal tetangga-tetangga di sekitar gue, bikin gue jarang keluar dan lebih sering ngabisin waktu di dalem rumah. Sampe akhirnya gue udah bener-bener move on dari Daffan."

Terukir seulas senyuman di wajah cantik Karissa. Ia teringat akan teman-temannya yang berusaha menghibur dirinya, tingkah konyol teman-temannya itu yang sukses membuat dirinya tertawa. Karissa rindu teman-temannya. Tanpa sadar, sebutir air mata jatuh menyentuh pipinya.

Geraldi tak melepas pandangannya pada Karissa. Tangannya terulur, menyeka air mata yang jatuh di wajah Karissa.

"Lo gak usah sedih. Kalo ada yang nyakitin lo, lo bilang sama gue."

Karissa menoleh ke arah Geraldi, menemukan pandangan Geraldi yang tertuju ke arahnya. Karissa tersenyum mendengar balasan yang dikatakan cowok disampingnya.

"Btw, lo kenal Daffan dari mana?" tanya Karissa ketika ia sudah mengakhiri ceritanya.

Geraldi baru menyadari bahwa Karissa pasti akan menanyakan hal itu padanya. Geraldi menoleh ke arah lain, "Dia anak balap motor," jawabnya.

Karissa manggut-manggut tanda mengerti. "Berarti bener kan lo anak balap motor?"

"Kalo iya kenapa? Lo khawatir kalo gue ikut balap motor?"

"Dih enak aja, siapa juga yang khawatirin lo. Gue sih mending khawatirin kecoa melahirkan daripada khawatirin lo."

Geraldi tertawa "Baru nemu cewek aneh kayak lo."

"Loh kok ngatain gue aneh?"

"Yaiyalah, nih ya mana ada coba kecoa ngelahirin."

"Yee gue kan cuma bercanda." Karissa mengerucutkan bibirnya.

"Oh kalo gitu besok gue mau bawa lo ke negri kecoa,"

"Ih gamau,"

"Kok gak mau? Katanya mau liat kecoa."

"Emang ada negri kecoa?"

"Ada. Coba deh lo tutup mata lo,"

"Eh eh gamau, gue gak suka kecoa."

"Udah nurut aja,"

"Awas ya kalo aneh-aneh,"

"Gak akan. Kalo gue bohong, lo boleh cubit gue."

Karissa memejamkan mata nya.

"Sekarang buka mata lo."

Karissa membuka mata nya. Dan mendapati dua batang coklat dihadapannya.

"Buat lo."

Terukir senyum ceria terpasang di wajah gadis itu. "Kapan lo beli ini Ger?" tanyanya.

"Rahasia. Harusnya dari tadi lo senyum kayak gini, gue suka liatnya."

Deg!

Jantung Karissa lagi-lagi berdebar. Seperti sengatan listrik baru saja menyengat dirinya. Pasalnya, Geraldi berturut-turut membuat Karissa salah tingkah. Namun, Karissa berusaha menyembunyikannya. Ingin rasanya ia cepat-cepat pergi ke kamar untuk melepas senyum yang tidak bisa ia sembunyikan.

"Gue pulang ya," lanjut Geraldi.

"Iya, hati-hati Ger."

Geraldi naik ke atas motor, lalu mengendarai motornya pergi meninggalkan rumah Karissa.



Tbc

Jangan lupa vomment nyaa, vomment kalian sangatt membantuu author lebih bersemangat, makasih

Yuk teken tanda bintang

GERALDI [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now