43

72K 2.4K 16
                                    

"Ger."

Geraldi menengadahkan kepala dan ia melihat Karissa berdiri di depannya, tak tahu dari arah mana gadis itu datang.

Karissa duduk di sebelah Geraldi, dan Geraldi kembali menundukan kepalanya.

"Ger, lo-"

"Gue boleh gak meluk lo sebentar?" Geraldi menyela ucapan Karissa.

Karissa mengangguk, sebagai tanda memperbolehkan.

Geraldi menarik Karissa ke dalam pelukannya. Geraldi merasa hatinya terasa adem dan tenang bila berada di dekat gadis itu. Nyaman. Itu lah yang di rasakan Geraldi saat ini.

Karissa memahami apa yang sedang Geraldi rasakan, meskipun ia tak terlalu mengerti hal hal yang sudah Geraldi lalui.

"Ger lo kenapa? Lo cerita sama gue, sekarang lo punya gue, lo bisa curahin semua masalah lo ke gue, dan dengan lo cerita bisa bikin perasaan lo jadi lebih baik."

Geraldi memeluk gadis itu untuk beberapa saat. Hingga kemudian, ia melepas pelukannya pada Karissa dan menatap mata gadis itu sebentar. Tersirat makna yang sulit di artikan dari tatapan cowok itu. Lalu Geraldi menunduk dan mulai bercerita.

"Dari kecil, orang tua gue sibuk kerja ngurusin perusahaan. Mereka jarang ada waktu buat gue. Gue di rawat dan di temenin sama bi Inah. Waktu gue sd gue sempet mikir, kalo gue harus cari perhatian bokap nyokap. Gue belajar rajin rajin, dapet ranking 1, dan coba-coba ikut lomba, dan itu berlanjut sampe smp."

"Gue kira dengan dapet prestasi, bokap nyokap bakal ngelirik gue, tapi ternyata enggak. Gue salah besar. Dan terus, gue lulus SMP dan masuk SMA. Seperti yang lo tau, gue jadi diri gue yang sekarang. Dari dulu, gue kayak sering ngerasa sendirian. Padahal gue punya banyak temen. Gue milih ikut balap motor untuk ngisi waktu kosong. Dan disitu gue ketemu lebih banyak temen lagi."

"Dari kelas 10, gue masih ngeraih ranking 1, dan punya prestasi karna ikut basket. Gue juga mulai sering keluar masuk bk. Tapi tetep aja, ortu gak pernah dateng sekali pun. Sampe akhirnya gue milih buat gak peduli sama apapun. Bahkan gue gak peduli kalo terus-terusan masuk bk. Brengsek emang ya?"

Karissa terdiam. Ia sedih mendengar kata perkata yang Geraldi ceritakan. Ia berfikir, bagaimana jika ia berada di posisi Geraldi? Karissa pasti akan merasa tidak beruntung berada di dunia ini. Geraldi adalah orang yang kuat. Selama ini, Geraldi memendam semua masalahnya seorang diri.

"Kenapa lo gak ceritain ini ke temen-temen atau Melvin mungkin?" tanya Karissa.

"Gue gak pernah cerita tentang masalah gue ke orang lain Kar. Kalo pun anak-anak nanya kenapa gue gak pulang, gue cuma jawab males. Kecuali Melvin sama Arkan. Melvin tau kalo gue punya hubungan yang gak baik sama ortu, dan itu pun gue gak cerita apa-apa ke dia. Sedangkan Arkan, gue gak tau dia tau dari mana."

"Gue ngerti perasaan lo, tapi jangan sampe lo benci orang tua lo. Menurut gue Ger, lo harus coba buka hati buat kedua orang tua lo. Gue yakin ko sebenernya mereka udah sadar kalo mereka salah. Mereka lakuin itu semua buat ngebahagiain lo, tapi cara mereka kurang tepat buat merhatiin lo."

"Sekarang lo tenangin diri dulu. Kalo lo udah siap, lo bisa coba buka hati buat mereka."

"Makasi Kar, lo udah denger cerita gue."

"Sama-sama." Karissa tersenyum.





Geraldi mengemudikan mobil, mengantar Karissa pulang. Selama di perjalanan, tidak ada percakapan di antara mereka. Karissa juga tidak buka suara. Karena, ia tidak mau mengganggu Geraldi yang mungkin sedang menjernihkan fikirannya.

Jam sudah menunjukan pukul sembilan malam. Geraldi sudah berjanji kepada orang tua Karissa untuk tidak pergi sampai larut malam. Rumah Karissa sudah terlihat, dan sebentar lagi, Geraldi akan memberhentikan mobilnya.

GERALDI [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang