Imajinasi

3.7K 584 93
                                    

Yibo tengah berjalan ke belakang halaman sekolah untuk menyembunyikan diri dari pelajaran matematika yang tidak disukainya saat bola matanya menangkap dua sosok tengah berangkulan erat di bawah pohon akasia yang rindang. Salah satu kepala bersandar ke dada bidang seorang pria,dan tangan pria yang menjadi sandaran tengah mengelus kepala yang berada di dadanya dengan lembut.
Pemandangan macam apa ini?

Yibo mengucek matanya berkali-kali tak percaya,berharap itu hanya ilusinya saja. Dimana saudara kembarnya dengan senyum bahagia merangkul bahu Luhan yang menyamankan diri meletakkan kepala kecilnya di dada Sehun. Yibo tak sampai hati untuk mengganggu,namun suara ponselnya benar-benar menjengkelkan berbunyi di saat yang tidak tepat. Tanpa dikomando dua orang yang tengah terbuai suasana itu menoleh ke arah sumber suara,mendapati wajah salting Yibo dengan tangan memegang ponsel. Dengan segera Luhan merubah posisi,pipinya bersemu merah menahan rasa malu,tak sanggup lagi menoleh  ke arah Yibo.

Sedang Sehun terlihat lebih tenang,ia memandang adiknya lekat,matanya menggambarkan beberapa kata yang bisa ditangkap oleh Yibo seakan berkata"pergilah cepat". Yibo sadar diri melihat arah tatapan Saudara kembarnya beralih pada Luhan yang menunduk,Yibo segera mengambil langkah besar meninggalkan tempat itu sambil telinganya mendengarkan suara orang di sebrang telpon,dengan malas Yibo menjawab.
"baik aku akan kembali ke kelas".

****

yibo meremas ujung seragamnya,pikirannya gelisah menatap guru matematikanya dengan pikiran yang sulit diartikan. Yibo tidak tau bahwa jiwanya yang sakit akan datang di saat yang tidak tepat,mata beningngnya sepenuhnya gelap,giginya gemeretak menahan sesuatu yang hendak keluar dalam dirinya.
"aku harap kau tidak membolos lagi saat jam pelajaranku". Ucap sang Guru mengakhiri pembicaraan. Tak mudah mudah bagi orang lain menilai apa yang terjadi pada Yibo. Namun bagi guru baru itu,ada kegelisahan dalam mata Yibo yang menyiratkan dirinya untuk menghindar.

Insting dan nalurinya sudah terasah tatkala bayangan mengerikan pemuda dengan pisau di tangan hendak mengulitinya hidup-hidup selalu mengganggu malam tenangnya,terhitung lebih 3 bulan rekaman sadis itu sukses membuatnya insomnia dan harus rutin mengkonsumsi pil lelap agar ia bisa tidur dengan tenang. Sean juga tidak mengerti apa hubungan dia dengan wajah mengerikan Yibo yang melintasi ruang dimensi ketidaksadarannya.

Namun selalu ada jawaban dari tiap teka-teki,setelah 3 bulan tersiksa,tiba-tiba bisikan halus mengarahkannya ke tempat ini,mengundangnya untuk berpartisipasi dalam emosi yang ditimbulkan pemuda berwajah tampan itu. Yang bisa ia simpulkan,Yibo adalah misteri yang mungkin memiliki jawaban dari kesesatannya dan bagi Yibo sendiri Sean adalah Gabriel yang akan mengepakkan sayap lebarnya untuk melindungi Yibo dari jiwanya yang terkutuk oleh kesadisan.

***

Ruangan itu sedikit gelap,dengan temaram lampu belajar yang menerangi sebuah meja kecil dengan seorang pemuda dengan garis wajah tegas tengah menggambar. Sehun melangkah perlahan agar tak mengganggu fokus adik kembarnya yang tengah melukis entah apa. Namun tetap saja kehadiran Sehun di jam yang sudah terbilang larut membuat Yibo mengalihkan pandangan dari kertas yang ia pegang.

"darimana selarut ini?". Yibo tidak pernah mempermasalahkan Sehun pulang jam berapa,kemana dan dengan siapa,namun kali ini diluar batas kebiasaan kakak kembarnya yang terbilang teratur dan disiplin untuk urusan waktu. Kakaknya itu tidak pernah keluar malam,jikapun ada kerja kelompok ia akan menyelesaikannya di sore hari bahkan jika tugas klompok itu mendesak maka temannya yang akan mendatangi rumah Sehun,bukan malah sebaliknya.

"hemm aku...keluar dengan Luhan". Jawab Sehun sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Yibo memperhatikan saudaranya itu,meneliti wajah tersenyum Sehun yang penuh binar bahagia.
"bagaimana dengan wanita yang bersamanya?". Suara Yibo terdengar menyelidik. Sehun ragu untuk menjawab,namun menyadari wajah adik kembarnya masih menunggu dengan raut penuh tanya,Sehun pun menjawab.
"mereka sudah putus".
"hemm setidaknya usahaku tidak sia-sia". Yibo langsung memberi penilaian positif pada aksinya minggu lalu tentang ancaman yang ia layangkan pada gadisnya Luhan. Namun ada sirat keanehan yang menuhi kepala Yibo bagaimana pria imut itu begitu mudahnya menjatuhkan diri pada Sehun tak sampai seminggu setelah ia putus dengan kekasihnya.

Different Blood (Tamat di PDF)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن