Pertahanan yang Rusak

3.5K 495 330
                                    


Sean berjaalan di parkiran yang sepi, nampak kendaraan berjejer rapat, namun tak seorangpun yang terlihat. Hari ini ia memang membawa kendaraan pribadi, karena ia tahu akan pulang agak malam, ia benci jika harus naik angkutan umum di malam hari.

Suara langkah Sean seolah menggema, namun sayup-sayup ia bisa mendengar langkah kaki lainnya. Sean menoleh, tapi tidak ada siapa-siapa. Ia menghela napas, berhenti sejenak sebelum masuk ke mobilnya.
"Aku tahu kau mengikutiku" Sean berkata lirih.

Sesosok manusia cantik muncul dari balik beton penyangga yang besar. Senyumnya manis tapi mengundang jutaan ketegangan di syaraf Sean.
"Kau tahu aturan mainnya," pria itu berbisik di telinga Sean. Bibir mungilnya tak sama dengan ucapan yang terlontar, penuh racun dan bisa.

"Kau sendiri menikmati bermain dengan mangsamu." Sean berusaha bersikap tenang, mengahadapi iblis kecil sedarahnya.
"Sehati atau mati, itu perjanjiannya," Sean berkata lagi. Manusia di depannya tersenyum miring, menanggapi ucapan Sean, "Hanya salah satu, bukan keduanya, itulah hukum alam, kita lihat perasaan siapa yang paling kuat."
Sean menelan ludah kasar, ia masih bisa bertahan jika harus menanggung rasa sakit, tapi jika harus mengorbankan orang lain untuk kelangsungan penerus darah terakhir pemimpin sektenya, ia berharap kenapa tidak dirinya saja yang ditumbalkan.

Sean teringat masa kanak-kanaknya di sebuah asrama. Kejadian-kejadian aneh yang ia lihat serta ia alami secara psikis maupun psikologis, serta pertemuan pertamanya dengan seseorang. Semua hal saling berkaitan, masa lalu, perjanjanjian itu, masa yang sekarag ia jalani, dan masa depan yang menanti.

(Apabila diijinkan, chapter depan akan kuceritakan masa lalu seorang Sean Xiao Zhan).

....

Yibo menatap guru matematikanya yang masih berdiri di kelas walau bel istirahat sudah berbunyi. Yibo hendak melangkah ke kantin, namun suara gurunya menghentikan kakinya untuk melangkah. Yibo menoleh tak senang sebab ini jam istirahat dan semua temannya sudah keluar, sedang gurunya ini malah membuatnya harus tetap di kelas yang membosankan ini.
"Maaf...." ucap Sean. Yibo terlihat bingung.
"Maaf untuk apa?" Sean mendekatkan diri pada Yibo, entah kenapa saat ingatannya menemukan sosok Yibo yang sebenarnya, ia ingin sekali melindungi muridnya itu.

"Untuk ini."
"Cup." Sean melepaskan satu ciuman di pipi kanan Yibo.
Membuat wajah Yibo terperangah tak percaya. Ia melihat sekeliling memang pintu dan jendela dalam keadaan tetutup, jadi tak mungkin ada yang melihat. Namun tindakan gurunya yang secara tiba-tiba itu membuat Yibo heran. Dari tindakan itu melahirkan pikiran-pikiran nakal. Yibo mendekati gurunya yang sedang merapikan buku dan hendak menyampirkan tasnya untuk keluar kelas.

 Yibo mendekati gurunya yang sedang merapikan buku dan hendak menyampirkan tasnya untuk keluar kelas

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

Yibo mendorong tubuh gurunya hingga tersudut ke papan tulis. Ia menjilat bagian leher gurunya yang terbuka. Melihat luka kecil dari pisau yang ia buat kemarin,sambil berbisik.
"Aku ingin darahmu lagi". Gurunya menelan ludah namun kemudian menjawab.
"Lakukan sepuasmu,tapi tidak disini."

Tak ada yang tahu mengapa Sean begitu murah hati, mengajarkan muridnya bertindak seolah dia vampire, dan memberikan darahnya secara cuma-cuma. Yibo juga tidak peduli, yang Yibo inginkan adalah pelampiasan, dan gurunya secara sukarela menyediakan itu semua.

Secara tidak langsung, mereka telah terhubung, dimulai dari mimpi yang sering datang pada Yibo. Lalu tindakan gurunya yang berbeda dari kebanyakan manusia biasa. Ia tak bisa menerjemahkan, apa maksud di balik semua itu. Guru matematika yang cerdas, seorang pria yang sering ia cumbu dalam mimpinya, serta pria yang dengan senang hati dilukai dan dijamah olehnya. Mereka satu orang yang sama, namun dengan esensi yang berbeda. Membuat Yibo menggila ingin menjadikan Sean satu-satunya  miliknya.

Sean langsung menarik tangan Yibo menuju UKS yang letaknya jauh dari ruang yang ramai, berada di sudut sekolah dekat gudang dan perpustakaan. Sesampai di dalam ia langsung menutup pintu dan menguncinya. Ia membuka 2 kancing kemejanya dan semakin memberi rauang pada leher dan sebagian bahunya untuk dinikmati Yibo.
Dengan segera Yibo mendekap tubuh menggairahkan gurunya. Menyesap lehernya yang terbuka dan membuat luka gores itu berdarah lagi, lalu menghisapnya kuat-kuat hingga darah segar itu keluar lagi dan ditelan oleh Yibo tanpa sisa. Sean meremas bahu Yibo, tatkala Yibo menghisap lehernya layaknya vampir yang haus darah manusia.

Setelah selesai dengan kegiatannya, Yibo kembali menatap gurunya sambil berujar.
"Apakah itu sakit?"
"Tidak, ini nikmat sekali."
Mendengar itu Yibo lagi-lagi menyudutkn gurunya ke pinggir ranjang di dalam ruangan tersebut.
Mencium bibirnya dengan brutal,sambil satu tangannya berusaha menyingkap kemeja yang gurunya kenakan.

Sean terengah engah mencoba menghentikan Yibo, namun terlambat kemejanya sudah tersingkap sempurna menampakkan perut putih mulusnya.
Tanpa ragu Yibo langsung memasukkan tangannya diantara kain tipis itu. Sean berusaha menutup bibirnya agar tidak mengeluarkan desahan laknat yang bisa saja terdengar jika ada orang yang kebetulan lewat.

"Yibo, aku tidak mau melakukan ini disini, to ... tolong berhenti," gumam gurunya dengan suara memohon.
Yibo berhenti sebentar hanya untuk melihat wajah gurunya yang merah padam.
"Katakan ini tidak nikmat," bisik Yibo ke telinga gurunya sambil memasukkan 2 jarinya ke dalam lubang lembut yang mulai basah oleh cairan kenikmatan.
"Eughhhh Yibo," tubuh gurunya menggelinjang menahan birahi yang meluap sampai ke ubunnya tatkala jari Yibo bermain di dalam ruang pribadinya, menggesek dan menyentuh titik sensitif yang membangkitkan gairah seorang pria dewasa.

Sean meremas rambut Yibo sebagai pelampiasan, saat 3 jemari Yibo berhasil masuk dan mengobrak abrik pertahanannya, hingga detik kemudian tubuhnya melengkung, kaki dan pantatnya bergetar, bibirnya ia bungkam dengan menggigit tangannya sendiri, saat cairan putih mrngalir deras dari selangkangannya membasahi jari jemari milik Yibo.

Nafas Sean terengah engah, dahinya mengeluarkan keringat. Matanya menatap Yibo penuh perasaan seperti tawanan yang sudah menyerah. Yibo menarik tangannya dan menjilat cairan milik gurunya itu seperti menjilat es krim. Sean menghentikan tangan Yibo yang hendak menghabiskan cairan itu.

"Pakai tissu," ucap gurunya.
Yibo tidak menggubris malah semakin senang menghabiskan sisa lendir putih yang menurut Yibo harumnya memabukkan.

Setelah selesai Yibo kembali memeluk gurunya dan meremas puting kecil miliknya, sepertinya Yibo masih belum puas menyiksa gurunya dengan kenikmatan.
"Yibo kumohon berhenti, aku tidak kuat...."
Mendengar itu bukannya berhenti, Yibo malah semakin menjadi. Ia tarik celana dalam yang telah basah milik gurunya. Kemudian menyuruh Sean duduk di tepi ranjang dan membuka kakinya lebar-lebar. Sean berusaha meronta namun tatapan Yibo yang seperti orang kesurupan membuatnya diam.

Yibo sudah siap mempermalukan barang pribadi milik gurunya,pikirannya dipenuhi cara untuk membuat benda bulat panjang, kenyal dan berbulu itu merasakan kegilaannya lagi. Mengecup,menjilat atau memainkan lidahnya di lubang yang dalam dan lembab itu. Sampai suara bel tanda masuk berbunyi. Sean menghela nafas lega, hidupnya terselamatkan. Sementara Yibo malah mengeluarkan ekspresi menakutkan.

"Nanti sore kita lanjutkan dengan yang lebih panas," ucap Yibo yang membuat tubuh gurunya merinding.
Nanti sore? pikiran Sean mengelana.  Jadwal les matematika dengan Yibo selalu jadi ajang penyiksaan buatnya, dan sayangnya Sean tak bisa menolak hal-hal gila yang dilakukan Yibo padanya.

Tbc.

*****

Uhuyyy seram-seram gimana ya?
Suka gak genre misteri dengan sensasi panas seperti ini?

Kutunggu komennya, apa kalian setuju chap depan membahas masa lalu dan latar belakang yg mendasari keabnormalan mereka.

Vote juga jgn lupa🙏

Different Blood (Tamat di PDF)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin