Part 10 : Rencana Reyhan

21.5K 1.3K 50
                                    

"Aku capek, Bu." Reyhan memasang wajah memelasnya saat aku terus menarik-nariknya untuk solat berjamaah.

"Apa susahnya, sih, meluangkan waktu untuk solat jamaah 15 menit." Aku terus memaksa Reyhan. Walaupun aku tau dia baru saja pulang kerja.

Reyhan menyerah. Akhirnya dia menuruti perintahku. Tapi sebelum kami berangkat, aku menyempatkan diri membuka facebook. "Nanti kamu akan ketemu idolaku." Aku menyerahkan ponselku kepada Reyhan kemudian mengenakan mukenahku.

"Ha? Idola? Ada artis yang solat jamaah gitu?" Tak lama kemudian Reyhan mengernyitkan dahi. "Siapa ini?"

Aku kembali merampas ponselku. "Ini facebook Kang Santri yang aku idam-idamkan di pesantren. Ternyata dia tetangga kita."

"Maksudnya itu mantan pacar Bu Salis?" Reyhan menggaruk-garuk kepalanya tidak mengerti.

"Bukan, lah. Emangnya aku kids zaman now yang menganut system pacaran. Aku hanya sekedar mengaguminya dalam diam, tapi namanya selalu aku sebutkan dalam setiap doa-doa." Aku bercerita ke Reyhan dengan wajah berbinar.

"Tapi, kok, nggak ke kabul?" tanya Reyhan dengan wajah kikuk.

"Nggak ke kabul gimana maksudnya?"

"Jodoh Bu Salis, kok, aku?" tanyanya polos.

Aku menelan ludah. Sepertinya aku sudah salah orang untuk menceritakan hal ini. "Yaudah, yuk!" Aku menarik Reyhan menuju ke mushola.

Entah kenapa aku merasa begitu bahagia. Mungkin karena sebentar lagi aku akan bertemu dengan Kang Santri. Reyhan hanya melirikku dengan tatapan datar.

"Kopiahnya dipakai!" ucapku penuh perhatian kepada Reyhan.

Reyhan menggeleng. "Nggak kelihatan keren."

"Fungsi kopiah bukan untuk cari sensasi. Di mushola nggak ada gadis-gadis girang dari planetmu."

"Ha? Planetku?" Reyhan menaikkan sebelah alisnya.

"Planetmu, kan, planet remaja yang dinaungi oleh kepemerintahan orang-orang barat. Berbeda dengan dunia pesantren yang dipandang sebelah mata tapi indahnya luar biasa." Reyhan berdesis mendengar ucapanku. Dia pasti mengerti, karena di sekolah gerombolannya terkenal jail dan usil di kelas. Apalagi target bullyng mereka adalah cewek-cewek urakan sama seperti mereka.

"Allahuakbar, Allahuakbar...."

Suara adzan yang berasal dari toa mushola mulai bergema, mengajak para penghuni komplek untuk solat berjamaah. Suara itu..., sudah lama aku tidak mendengarnya. Kerinduanku kepada pesantren kembali menggelora. Suara termerdu yang pernah aku dengar. Dulu aku berpikir kalau suara adzan kang santri mampu menembus langit.

"Dulu waktu di pesantren. Aku rela menyendiri di rooftop asrama hanya untuk mendengar suara adzan Azka. Suaranya sangat merdu sekali."

Reyhan hanya terdiam dengan wajah masam mendengar ceritaku.

"Suatu saat nanti kamu harus bisa adzan di mushola, ya. Fadilahnya banyak, orang yang mau mengumandangkan adzan akan dijamin masuk syurga. Adzan adalah bukti kemenangannya umat islam. Jika kamu menjawab adzan, kamu akan menemani orang yang adzan itu masuk syurga. Keren, nggak?

"Sebenarnya kalau adzan tiba, kita dianjurkan berhenti beraktifitas untuk menjawab adzan dari muadzin. Selain itu kita juga dianjurkan untuk berdoa karena waktu di antara adzan dan iqomat adalah salah satu waktu yang paling mustajab untuk berdoa."

Reyhan manggut-manggut. Kami beruda berpisah setelah sampai di mushola. Aku begitu bahagia bisa kembali mendengar suara adzan kang santri. Hanya satu doa yang aku panjatkan. Semoga Reyhan bisa berubah menjadi laki-laki soleh seperti kang santri. Walaupun dia tadi tampak cemburu ketika aku bercerita tentang Azka, tapi maksudku aku hanya ingin Reyhan menjadikan Azka sebagai panutan. Semoga dia peka dengan apa yang aku sukai pada diri Azka sehingga dia berusaha berubah agar memiliki akhlak yang mulia seperti Azka.

Salah JodohWhere stories live. Discover now