Part 11 : Guru Les Private

20.6K 1.1K 33
                                    

Aku sibuk mengotak-atik ponselku mencari lowongan pekerjaan. Sepertinya online shop adalah pekerjaan yang cocok untukku. Tapi, mungkin tidak terlalu laris karena teman-teman facebookku banyak yang sinis kepadaku. Terbukti dari inbok mereka yang kasar di massager. Apa jadi dropshiper di market place aja, ya? Hmm, tapi aku takut tertipu dan rugi.

Kulempar ponselku ke meja. Terlalu lama berkutat dengan handpone membuat kepalaku menjadi pening. Kerja apa, ya, enaknya? Sejak di pondok pesantren, aku menjadi sosok yang tidak betah menjadi pengangguran. Harus ada hal-hal yang bisa aku kerjakan.

Tok... Tok... Tok...

Ada suara ketukan pintu dari luar. Aku buru-buru memakai hijabku lalu sedikit berlari membuka pintu.

Deg.

Jantungku langsung berhenti berdetak begitu melihat sosok yang ada di depan pintu. Sosok yang memakai celana formal dengan atasan baju koko berwarna biru. "Assalamualaikum." Dia tersenyum membuat tubuhku membeku seketika. Hatiku langsung meleleh melihat senyumannya yang seindah itu.

"Wa..., wa'alaikumsalam," jawabku kikuk.

Azka atau biasa aku sebut kang santri itu menyodorkan sebuah buku kecil kepadaku. "Ini buat Reyhan, dia belum terlalu lancar jadi aku beliin iqro jilid 3."

Aku mengambil buku tipis itu dengan ragu sambil tersenyum canggung. "Berapa harganya, Kang?"

Azka tersenyum. Ah, lama-lama aku bisa jadi debu kalau dia sering memamerkan senyumannya. "Nggak perlu diganti."

"Wah, makasih, Kang."

Azka mengangguk ramah. "Reyhan sekolah?"

"Ha?" Aku ternganga.

"Dia masih sekolah, kan? Sepertinya dia seumuran dengan adek perempuanku."

Aku bingung harus menjawab apa. Pertanyaan itu membuatku semakin merasa bersalah kepada Reyhan. "Dia kerja, Kang."

"Nggak sekolah?" tanyanya.

"Enggak."

"Orangtua kamu?"

Aku meremas-remas bajuku gugup. Aku tidak ingin Azka berprasangka buruk karena aku hanya tinggal di sini berdua bersama Reyhan.

"Orangtuaku..., lagi nggak ada." Ampuni aku Ya Allah. Aku harus berbohong, aku belum siap bilang kepada Azka kalau Reyhan suamiku. Ketika kita berbohong satu kali maka akan ada kebohongan-kebohongan lain yang akan kita lanjutkan.

"Kata Fany kamu sudah mengajar?"

"Aku risegn, Kang." Lagi. Aku berbohong.

"Nganggur, dong?"

"Iya, lagi pengen nglamar ke sekolah lain. Di sekolahku dulu muridnya bandel-bandel."

"Mau jadi les private matematika dan fisika adikku? Adikku nilainya jeblok, apalagi bentar lagi ujian."

Aku menelan ludah. "Beneran, Kang?"

Azka mengangguk pelan. "Datang aja ke rumahku, tau kan?" ucapnya sambil menunjuk rumah megah berjarak beberapa meter dari rumahku.

"Yaudah aku pulang dulu."

"Nggak mampir dulu?"

"Belum muhrim. Di rumahmu nggak ada orang."

Aku mengigit bibir bawahku, kemudian terlonjak-lonjak girang di atas sofa. Aku akhirnya dapat kerjaan. Apalagi kerjanya di rumah kang santri. Tapi aku takut, takut kalau cepat atau lambat statusku dengan Reyhan akan terbongkar. Aku juga takut jika orangtua Azka atau adiknya benci denganku karena pernah melihat videoku.

Salah JodohWhere stories live. Discover now