12 - Melting

92 22 24
                                    

-oOo-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-oOo-

Zean keluar dari mobil, kembali menerobos derasnya hujan. Zean lalu membuka pagar rumah Alleta dan segera masuk lagi kedalam mobilnya.

Zean memarkirkan mobilnya di halaman rumah Alleta dan lalu mematikan mesin mobilnya. Zean terdiam sebentar, kemudian menengok ke samping. Rupanya Alleta masih tertidur. Mungkin cewek itu merasa ngantuk dan lelah karena sudah menangis dari tadi.

Kepala Alleta bersandar dengan wajah yang menghadap ke arah Zean. Membuat Zean dapat dengan jelas memperhatikan setiap garis wajah cewek itu.

Sejenak, Zean mengurungkan niatnya untuk membangunkan Alleta. Ia memilih untuk ikut memejamkan matanya sebentar sambil menunggu Alleta bangun nanti. Tapi baru bertahan beberapa detik, matanya kembali terbuka karena tertarik untuk menatap Alleta lebih lama.

Zean tidak pernah menyangka. Menatap Alleta yang sedng tertidur begitu menarik baginya. Karena hanya disaat seperti inilah, Zean dapat menatap Alleta sepuas yang ia mau.

Zean masih memperhatikan wajah Alleta lekat. Alleta tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik. Zean masih ingat betul sewaktu mereka sering bermain bersama-sama di rumah Zean dulu. Zean juga masih ingat ketika dulu mereka sering mengerjakan PR bersama walau jelas tingkatan kelas mereka berbeda.

Zean juga tidak lupa. Ketika ia mendengar kabar bahwa Mama Alleta meninggal. Dan saat itulah, Zean tidak pernah lagi bertemu dengan Alleta.

Namun takdir kembali mempertemukannya. Saat Zean naik ke kelas XI, Zean bertemu lagi dengan Alleta. Namun dalam situasi yang sungguh berbeda dari dulu.

Hal yang tidak Zean sangka adalah, tidak ada lagi Alleta yang ceria seperti dulu. Kepribadian Alleta yang sekarang sungguh jauh berbeda. Itu sebabnya Zean tidak berani terang-terangan berhadapan dengan Alleta walau ia ingin.

Selama hampir setahun berada di sekolah yang sama, Zean tidak pernah menyapa Alleta sekali pun. Yang bisa Zean lakukan selama itu hanyalah menatap punggung, mengamati Alleta secara diam-diam, dan melindungi Alleta dari kejauhan.

Zean bersyukur, kini ia memiliki keberanian untuk mendekati Alleta. Zean berharap, semoga ia bisa mendapatkan gadis yang ia sukai sejak lama itu. Dan semoga Zean bisa meluluhkan hati beku Alleta, dan membuat Alleta ceria lagi seperti dulu.

***

Helaan nafas Alleta membuat Zean tersadar dari lamunannya. Sudah hampir dua puluh menit Zean menatap Alleta sambil bernostalgia mengingat momennya bersama Alleta dulu.

Zean segera menegak, berpura-pura mengamati teras rumah Alleta. Hujan belum juga reda. Walau rintik yang turun kini tidak sederas tadi. Zean melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Pukul 18.15.

Zean lalu kembali menoleh ke samping dan beringsut untuk menepuk-nepuk pelan pipi Alleta demi membangunkan cewek itu.

Sungguh, saat ini Zean berharap Alleta tidak mendengar debaran jantungnya yang bekerja dua kali lebih cepat seakan ingin loncat keluar dari tubuhnya.

MarshmellowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang