30 - Keputusan

52 18 34
                                    

—oOo—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


—oOo—

Bukan tanpa alasan aku membuat keputusan.

Ini baik, untuk kita yang saling mencintai dalam luka.

Walau kita memilih bertahan untuk saling mengobati satu sama lain, pada akhirnya kita akan tetap ragu.

Karena biasanya, mengobati selalu menimbulkan sakit yang lain.

—oOo—


Alleta memeluk lututnya di atas tempat tidur. Di sampingnya, suara Shaun yang menyanyikan lagu Way Back Home itu terus menggema, mengisi keheningan di kamarnya yang gelap. Alleta melirik nanar ponsel yang masih berdering dan menunjukkan nama Zean sebagai si penelpon. Sudah hampir 11 panggilan dari Zean yang di abaikan Alleta pagi ini. Alleta hanya butuh menenangkan diri atas keputusan yang di ambilnya semalam.

Tak lama kemudian, pintu kamar terbuka. Tante Lina masuk ke kamar Alleta tanpa permisi. Karena ia tahu, di saat seperti ini, Alleta pasti akan melupakan segala hal. Termasuk mengunci pintu kamarnya sendiri. Tante Lina menekan sakelar lampu di tembok dekat pintu sehingga kamar Alleta yang gelap jadi terang benderang.

Tante Lina merapat ke salah satu sisi tempat tidur Alleta. Tante Lina tersenyum nanar, menatap gadisnya yang terlihat sangat berantakan karena tidak tidur semalaman.

"Sayang, kamu kenapa ga siap-siap? Kamu nggak sekolah?" tanya Tante Lina mengelus rambut panjang Alleta pelan.

Alleta menggelengkan kepalanya pelan. "Leta izin nggak masuk hari ini." ucapnya sangat pelan, dengan bibir putih pucat.

"Kalau gitu, ayo makan dulu, ya. Kamu dari semalem gak makan-makan."

"Nggak laper."

Tante Lina berdecak. "Kalau gak makan nanti kamu bisa sakit. Ayo cepet makan. Atau, mau Tante yang bawain ke sini?"

"Terserah." jawab Alleta tak bertenaga.

"Yaudah, Tante siapin dulu ya. Kamu diem dulu disini." ucapnya, kemudian berlalu menuju dapur meninggalkan Alleta yang terdiam dengan tatapan kosong.

Alleta mengusap wajah dan rambutnya frustasi. Dalam hati ia mencoba meyakinkan dirinya sendiri, kalau keputusan yang telah ia ambil adalah benar. Mungkin ini memang yang terbaik untuknya bagi Tuhan. Karena Alleta tidak bisa apa-apa. Yang harus ia lakukan sekarang adalah menerima kenyataan yang ada, dan melepaskan Zean demi kebaikan dirinya dan kebaikan Zean sendiri.

Pikiran Alleta melayang pada kejadian kemarin malam.

***

Kemarin malam, sepulang Ares dan Bu Leni dari rumahnya, Alleta terus-terusan menangis di pelukan Tante Lina. Sebuah kenyataan yang baru ia ketahui sungguh sangat menyayat hatinya.

MarshmellowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang