33 - Tak Lagi Sama

46 10 40
                                    

—oOo—

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

—oOo—

Alleta menutup pintu rumahnya setelah berpamitan akan berangkat sekolah pada Tante Lina. Saat membalikkan badan, Alleta di kejutkan oleh kehadiran seseorang yang sudah selama dua minggu ini meminta Alleta untuk berangkat bersama ke sekolah. Namun, tentu saja Alleta menolak.

"Hai. Gimana, pagi-pagi lancar nggak nafasnya?"

Alleta mendongak menatap Ares sekilas tanpa minat, kemudian ia berlalu, tidak berniat membalas perkataan Ares sedikitpun.

Ares diam-diam menghela nafas, merasa lelah. Tapi Ares  tidak menyerah, cowok itu langsung berbalik membuntuti Alleta menuju pagar rumah. "Kali ini lo ikut gue ajalah, daripada malah naik gojek. Lo ngirit lah kali-kali, biar uang ongkos lo buat di tabung aja. Oke?" tawar Ares sudah membukakan pintu mobil untuk Alleta.

Alleta berdecak pelan ingin menolak, namun ketika melihat raut wajah Ares yang memelas di lebih-lebihkan, Alleta jadi tidak tega juga. Sudah hampir dua minggu cowok ini selalu menjemputnya setiap pagi untuk berangkat bersama, dan sudah selama itu pula Ares selalu tetap berada di sampingnya. Walau Ambar dan Nadin selalu ada di sampingnya juga, namun Ares selalu memberikan perhatian lebih yang membuat Alleta jadi merasa sedikit iba untuk terus mengacuhkan cowok ini.

Alleta pun masuk ke dalam mobil melalui pintu yang di bukakan oleh Ares barusan. Saat Ares hendak menutup pintu mobil, dengan cepat Alleta memegang pintu agar tidak segera tertutup. "Lain kali, lo jangan masang muka kayak gitu. Gue eneg liatnya, pengen muntah."

Ares mencibir pelan, namun tak luput juga hatinya merasa senang. Sikap dingin dan ketus Alleta sudah kembali sekarang. Setidaknya, Ares lebih menyukai Alleta yang garang di bandingkan Alleta yang pendiam dan tak banyak bicara. Jujur saja, Ares merasa sangat khawatir dengan sikap Alleta yang jadi sangat pendiam dan tak banyak bicara selama dua minggu terakhir. Tapi sepertinya, cewek itu akan kembali seperti dulu lagi.

♦️♦️♦️

Zean melangkah paling depan menyusuri lobby SMA Nirwana, diikuti oleh ketiga sahabatnya di belakang yang mengekori. Sesekali Zean menganggukkan kepalanya, membalas sapaan sebagian murid yang menyapanya. Bukannya sombong, tapi inilah sikap Zean yang sebenarnya. Dingin, dan tak pandai berbasa-basi, semua orang pun tau tentang hal itu.

Namun, setelah insiden hujan bersama Alleta, semua orang pun setuju, kalau sikap Zean jadi semakin dingin dan lebih acuh. Mungkin beberapa bulan lalu, kadar dingin Zean sedikit berkurang saat ia sedang berjuang untuk mendapatkan Alleta. Namun sekarang, Zean yang dulu telah kembali.

Jika ada yang bertanya bagaimana keadaan Zean semenjak kerenggangannya dengan Alleta, ingin sekali Zean berkata bahwa ia sangat baik-baik saja, bahwa ia mampu melupakan gadis itu semudah membalikkan telapak tangan.

Tapi kenyataannya adalah sebaliknya, tenggorokannya selalu tercekat setiap kali melihat Alleta, tubuhnya selalu membeku setiap kali tatapan mereka bertemu, dan yang paling menyiksa adalah keinginan untuk menghubungi gadis itu setiap kali rindu dan gelisah menghampirinya.

MarshmellowWhere stories live. Discover now