—oOo—
Malam ini, Alleta sedang merebahkan dirinya di kasur kamarnya. Dengan kepala yang ia taruh di atas lipatan kedua tangannya, Alleta menatap lurus langit-langit kamar di atasnya. Kelihatannya dia memang diam. Padahal pikirannya sedang berkelana sangat jauh saat ini.
Hal yang sangat menyita pikiran Alleta saat ini adalah, tentang semua kejadian yang terjadi tadi siang di sekolah. Ketika ia menemukan kotak misterius, berusaha memecahkan petunjuk, sampai dugaannya tentang Zean yang ternyata sama sekali tidak ada benarnya. Alleta menghela nafasnya lelah. Kebenaran dan kejanggalan yang ada tentang teman masa kecilnya sungguh membuat kepalanya ingin meledak. Terlebih lagi, pengakuan Zean tadi sore sungguh membuat kepalanya lebih pusing luarbiasa.
Sedang asyik-asyiknya Alleta melamun sambil berasumsi tentang siapa teman masa kecilnya, suara seseorang yang mengetuk pintu kamar jadi menyita perhatian Alleta.
"Letaa, kamu lagi apa di dalam? Dari pulang sekolah ga keluar-keluar. Katanya kangen sama Tante, tapi kok Tante malah di anggurin?" ucap Tante Lina sedikit berteriak sambil masih mengetuk-ngetuk pintu kamar Alleta.
Alleta menghela nafas pelan. Kemudian ia mendudukkan dirinya di atas ranjang, dan menyahut. "Masuk aja, Tan. "
Pintu terbuka, menampakkan seorang wanita berumur hampir setengah abad yang sedang berjalan menghampiri Aleta saat ini. Kening Tante Lina mengerut, merasa bingung kenapa Alleta terlihat sedang sangat berantakan saat ini. Ia pun memilih untuk mendudukkan diri di sisi ranjang Alleta.
Tante Lina tersenyum sendu menatap Alleta di hadapannya. Ia sangat tahu betul bahwa saat ini pikiran Alleta sedang sangat kacau. Namun Tante Lina tidak ingin bertanya, karena ia lebih memilih untuk menenangkan dan menghibur Alleta, lalu mendengarkan keluh kesahnya jika Alleta sudah siap bercerita.
Merasakan usapan lembut penuh kasih sayang yang di berikan Tante Lina kepadanya, sungguh membuat hati Alleta jadi menghangat. Alleta tersenyum menatap manik Tante yang sudah dia anggap ibu kandungnya sendiri itu. Kemudian Alleta maju untuk merengkuh tubuh wanita di hadapannya. Entah mengapa, ketika Tante Lina memperlakukannya penuh kasih sayang seperti itu, hati Alleta selalu merasa senang dan sesak dalam satu waktu. Tante Lina balas memeluk tubuh Alleta erat. Cukup lama mereka saling berpelukan. Seakan pelukan itu bagai sebuah media komunikasi batin di antara mereka.
Alleta melepaskan pelukan terlebih dahulu, lalu beralih mengenggam tangan wanita di hadapannya. Sedangkan Tante Lina kini sedang menatap Alleta dalam, penuh kasih sayang. "Putri Tante udah siap cerita?" tanya Tante Lina sambil menyelipkan anak rambut Alleta yang berjatuhan.
Alleta mengangguk menjawab pertanyaan dari Tante Lina. Kemudian ia mulai menceritakan semua yang telah terjadi dalam hidupnya. Di mulai dari kotak marshmellow setiap tanggal dua, lalu kedatangan Zean yang membuat hidupnya sedikit cerah dan berwarna, dan juga tentang munculnya kotak misterius tadi siang yang tidak lupa Alleta ceritakan pada Tante Lina.
YOU ARE READING
Marshmellow
Teen FictionAlleta Maheswari, gadis dingin pecinta marshmellow, dan penanti pelangi. Kepribadiannya yang sulit di tebak, dan kemampuan bersosialisasinya yang buruk membuat gadis itu sulit untuk di dekati orang lain. Alleta tidak suka keramaian, dan tak sudi me...