01

696 127 115
                                    

12 November 2018, SMA Jupiter kedatangan murid baru yaitu Magdalena Rexa, perempuan yang memiliki kulit putih, rambut panjang dan memiliki senyum yang bisa membuat para manusia di sekitarnya bisa mengganguminya.

Di hari pertama Rexa bersekolah, ia masih belum mengetahui ruangan kelasnya berada di sebelah mana. Ia terus berjalan melewati setiap koridor-koridor kelas yang ramai dengan murid-murid yang berkumpul, bahkan Rexa hanya bisa geleng-geleng kepala, melihat kelakuan dua laki-laki yang sedang berlari-larian seperti anak kecil.

Sebelumnya, Rexa diwajibkan untuk menemui kepala sekolah terlebih dahulu, untuk mengetahui ia berada di kelas penjurusan mana. Entah itu IPA atau IPS. Waktu terus berjalan, dan Rexa terus mencari-cari ruangan kepala sekolah. Nihil hasilnya. Rexa tidak menemukan letak di mana ruangan kepala sekolah itu. Rexa menyerah dan pada akhirnya dia memutuskan bertanya entah kepada siapapun itu, asalkan ia bisa cepat menemui kepala sekolah dan bisa masuk ke kelas sekarang juga, tanpa telat.

Dari kejauhan, Rexa melihat tiga laki-laki sedang asik bermain ponsel, sepertinya sedang bermain game online. Tak butuh waktu lama Rexa melangkahkan kakinya menuju tiga laki-laki itu.

"Permisi, ruang kepala sekolah di sebelah mana iya?" tanya Rexa yang sudah berdiri di depan kursi laki laki itu.

Tak ada sahutan dari tiga laki-laki itu, Rexa pun mengulangi ucapannya kembali.

"Permisi, ruang kepala sekolah dimana iya," ulang Rexa karena tadi ia tidak mendapat sahutan dari tiga laki-laki itu.

Oke tiga laki-laki itu belum juga merespon ucapan Rexa. Habis sudah kesabaran Rexa, karena tidak mendapatkan respon dari tiga laki-laki di depan nya.

Laki-laki yang berada di depan Rexa tiba-tiba berteriak dan memasang wajah marah, sepertinya laki laki itu kalah dalam memainkan game online. Laki-laki itu karena tidak mau larut dalam keemosian, akhirnya ia memutuskan untuk memasukkan ponselnya ke saku, laki laki itu terkejut ada seorang perempuan yang berdiri di depannya, tetapi ia berusaha menutupi kagetnya dengan memasang wajah datarnya kembali.

"Kenapa?" tanya laki-laki itu sambil menatap Rexa dengan datar.

Rexa menghela nafas dan tersenyum. "Ruang kepala sekolah dimana?"

"Lu tinggal lurus terus ada tangga, ambil kanan nah disitu ada deretan kantor-kantor, lu cari aja ruang kepala sekolah, di deket pintu ada papan ruang kok," jelas laki-laki itu.

"Oke makasih," ucap Rexa, ia tersenyum dan menundukkan kepalanya dengan sopan.

Setelah mengatakan terima kasih, Rexa langsung melenggang pergi dan menuju ke ruang kepala sekolah, Belum terlalu jauh Rexa melangkah, tiba-tiba salah satu laki-laki yang tadi sedang bermain game online itu memanggil dirinya. "Eh tunggu."

Rexa terkejut mengapa ia dipanggil lagi dengan laki laki itu? Apa ada yang salah dengan kalimatnya tadi, atau ia bertanya dengan cara berteriak? Dengan ragu Rexa melangkahkan kakinya kembali ke arah tempat laki laki itu berada.

"Kenapa?" tanya Rexa sambil menaikkan satu alisnya.

Laki-laki yang tidak memakai dasi itu memukul pundak teman sebelahnya, "Ven, anterin tuh cewe ke ruang kepsek."

"Ogah amat," jawab orang yang pundaknya di pukul tadi dan yang mempunyai nama Raven itu.

"Eh enggak usah, gue bisa sendiri kok," jawab Rexa menolak.

Rexa pergi dari hadapan tiga laki-laki itu. Laki-laki itu yang tak terima Rexa berjalan sendiri, tetap memaksa Raven supaya Raven mau mengantarkan Rexa.

"Lu yakin enggak mau nganterin tuh cewe?"

"Kenapa sih lu, Vo? Maksa banget gue nganterin tuh perempuan, emang dia siapa lu? Baru kenal juga, kan?" tegas Raven.

"Ven setidaknya lu tolongin dia, dia murid baru, mana tau dia tempat sini. Lebih baik lu anterin dia, siapa tau dia bisa jadi pengganti si Rini," ucap laki-laki yang bernama Rivo.

"Kenapa enggak lu aja yang anterin? Kenapa harus nyuruh gue?" balas Raven sengit.

"Lu lupa iya sama janji lu, waktu itu lu pernah janji kalo lu bakal turutin ucapan gue, karena gue udah nolongin lu," ucap Rivo bangga karena bisa melawan seorang Raven.

"Shit, perhitungan banget sih lu," ucap Raven menyerah.

"Eh lu, gue anter ke ruang kepsek," ucap Raven kembali.

Iya sedari tadi Rexa belum pergi juga dari tempat tadi. Niatnya sih tadi mau jalan, tapi karena mendengar Rivo dan Raven debat jadi Rexa mengurungkan diri untuk pergi.

"Eh enggak usah, aku bisa sendiri," jawab Rexa menolak.

"Enggak ada seorang pun yang nolak ajakan Raven," ucap Raven dingin.


💛💛💛

21-12-19

Ini cerita ku yang ke 3

Semoga cerita ini banyak yang suka iya

Oiya jangan lupa vote dan tolong kasih kritik dan saran iya tentang cerita ini

Btw ini cerita nyata aku, tapi agak aku sedikit ubah, biar kaya gak sama-sama banget sama cerita real aku.

Oke guys, happy reading

My lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang