20

107 29 14
                                    

Saat ini Rexa sedang berada di kantin Bersama Meira, Sasa, dan juga Vania. Karena situasi kantin sangat ramai mau tak mau Vania dan Meira memesan makanan, sedangkan Rexa dan Sasa mencari tempat duduk kosong. Untung saja masih tersisa satu bangku kosong, tak mau direbut, Rexa dan Sasa segera menghampiri bangku itu dan menempatkannya.

Raven, Ravio dan juga Rivo memasuki kantin. Mereka mencari tempat duduk yang kosong, tapi nihil, tidak ada satu pun yang kosong. "Ven cari tempat gih, gue sama Vio pesen," ujar Rivo lalu pergi ke kedai kantin bersama Ravio.

Sementara itu, Raven mencari sekeliling dengan ekor matanya tempat kosong tapi tidak menemukan satu pun. Saat Raven mengarahkan matanya ke arah pojok kantin tepatnya dekat kedai mie ayam terdapat satu bangku kosong yang diduduki oleh Rexa. Tak butuh lama Raven melangkahkan kaki nya menuju tempat Rexa dan Sasa.

"Gue duduk sini iya udah enggak ada tempat lagi," izin Raven kepada Sasa.

Raven pun memandang wajah Rexa dengan senyuman liciknya. "Oh ini yang kemaren sok-sok'an enggak terapi padahal mah penyakitnya parah."

Rexa menyadari Raven menyindirnya pun cukup sabar dan tersenyum. "Kemaren Vio ke rumah kasihan kan kalo aku suruh pulang lagi, lagipula kemoterapi pulang sekolah juga bisa kan Ven."

"Jalan kemana lu kemaren sama Vio?" inilah isi yang ada di otak Raven. Ia sangat penasaran sekali sahabatnya pergi kemana saja sampai-sampai pacar sahabatnya menunda jadwal kemoterapi.

"Ke mall," jawab Rexa jujur, tak berbohong.

Sasa akhirnya pun buka suara. Ia tidak terima sahabatnya di hina terus-terusan oleh Raven. "Lagian kenapa kalo Rexa jalan sama Ravio, salah emang?" balas Sasa tak kalah sinisnya.

"Lu mikir apa! Sahabat lu punya penyakit serius dan dia di suruh rutin kemoterapi, tapi ini dia malah asik jalan, dia enggak mikir apa sama penyakitnya," jawab Raven dengan nada emosinya.

Sasa menggebrak meja kantin dan semua orang yang sedang asik makan langsung teralihkan dengan teriakan Sasa yang sangat keras. "REVAN CUKUP! DARI TADI GUE SABAR BANGET LU HINA REXA, TAPI SEMAKIN GUE DIEMIN LU, MALAH LU MAKIN-MAKIN JELEKIN REXA. GUE YANG SAHABATNYA AJA SAKIT DENGERNYA APALAGI REXA. REXA SALAH UDAH JATUH CINTA SAMA LU!" Sasa pun pergi dan menarik tangan Rexa agar menjauh dari Raven.

Sepertinya satu kantin memandang Raven dengan tatapan berbeda-beda. Ada yang memandang seperti benci dengan Raven, ada yang merasa kasihan Raven di bentak oleh Sasa, ada yang membela Sasa.

Dari kejauhan, Rivo fokus ke meja Rexa, Sasa dan Raven. Rivo terkejut kekasihnya berani sekali membentak Raven yang terkenal galak juga menurut Rivo.

Dibuat penasaran, Rivo dan juga Ravio menuju ke bangku yang sedang Raven tempati.

"Lu apain cewe gue sampe dia marah gitu?" tanya Rivo dengan nada serius.

"Gak jelas cewe lu," jawab Raven santai, merasa tidak mempunyai masalah sama sekali.

"Jelas-jelas lu yang cari masalah duluan. Lu buat cewe gue marah, kalo penyebabnya bukan lu, dia enggak bakal se-emosi kaya tadi," ucap Rivo dengan emosinya, Dari kejauhan Rivo memantau gerak-gerik Raven, jadi Rivo mengetahui di sini siapa yang membuat kesalahan,

Karena nafsu makan Rivo sudah menghilang, Rivo meninggalkan kedua sahabtnya dan pergi dari kantin.

Sementara itu, Ravio melhat Rivo pergi begitu saja karena kecewa dengan sahabatnya. "Gue tau bro, kalo cewe gue jatu cinta sama lu dan dia belum bias suka sama gue. Gue mohon banget sama lu jangan kasarin dia, bagaimana pun dia perempuan. Nyokap lu perempuan kan, missal kalo nyokap lu di sakitin sama laki-laki apa iya lu sebagai anak enggak sakit di gituin. Itu perasaan gue sekarang, ngeliat perempuan yang gue sayangin disakitin sama sahabat gue sendiri, coba deh lu jangan kasar sama Rexa," ujar Ravio menasihati Raven lalu pergi mencari Rexa.

My lifeWhere stories live. Discover now