15

104 38 31
                                    

Setelah mendapat persetujuan dari dokter segera Raven membawa Rexa ke taman rumah sakit dengan menggunakan kursi roda, dikarenakan dokter tidak mengizinkan Rexa berjalan, karena kondisi Rexa baru pulih.

Raven membawa Rexa menuju ke pancuran rumah sakit dan sebentar lagi senja datang. Ini adalah waktu yang tepat untuk mengembalikan semangat Rexa.

"Lu suka senja Xa?" tanya Raven menghilangkan sifat canggung nya.

Gue lebih suka nya lu Ven, batin Rexa.

"Suka," jawab Rexa sambil memandang ke arah air mancur.

"Ok, untuk hari ini lu beruntung bisa liat senja bareng Raven Hanson Knight Edwin."

Raven duduk di rerumputan sebelah kursi roda Rexa sambil memandang lurus ke depan melihat pemandangan langit di depan nya.

"Ven, lu pernah enggak merasakan jatuh cinta?"

"Kalo gue jawab enggak pernah apa lu bakal percaya?" tanya Raven balik.

"Aku bakal percaya kok, tapi suatu saat nanti kamu bakal merasakan yang namanya jatuh cinta," tiba-tiba Rexa berucap kata aku-kamu.

"Enak iya jadi senja dia enggak pernah kesepian," ucap Rexa tiba-tiba sambil memandangi senja yang sudah muncul.

Raven pun terkejut dengan ucapan Rexa barusan dan langsung merubah posisi menjadi duduk. "Kata siapa kalo senja enggak sendirian?"

"Buktinya, kita dan orang-orang lain suka nungguin senja."

"Tapi lu enggak tahu kalo senja cuma di butuhkan sesaat lalu dilupakan gitu aja kalo hari sudah malam. Berarti senja merasa kesepian kalo hari sudah malam."

"Enggak kok senja enggak kesepian, kan angin selalu menjaga senja dimanapun itu berada," jawab Rexa.

"Enak iya senja punya angin kalo senja kesepian pasti angin selalu menemani kesepian senja. Sedangkan aku, aku selalu kesepian ditambah lagi aku sekarang penyakitan, pasti kalian semua menjauh dari aku," ucap Rexa yang senyumannya menghilang.

"Kata siapa Rexa kesepian? Lu enggak kesepian kok, walaupun suatu saat nanti temen-temen lu menjauh tapi itu enggak bakal mungkin, tenang kok masih ada gue di sisi lu, gue bakal jagain lu dalam keadaan sedih dan senang," ujar Raven meraih tangan Rexa yang berada di pegangan kursi roda.

Rexa menurut saja digenggam tangannya oleh Raven. Rexa merasa senang Raven se-hangat ini dan sifat dingin nya mulai menghilang. Mereka berdua sama-sama ter-hipnotis dengan pemandangan senja di depan nya.

Waktu sudah menunjukan pukul 18.00 WIB senja perlahan menghilang. Raven tersadar dari lamunan nya dan mencoba melepaskan genggaman nya dari tangan Rexa.

"Xa, balik ke kamar yuk, angin malam enggak sehat buat lu," peringat Raven.

"Aku masih pengen disini, aku kangen sama bintang-bintang. Sebentar lagi iya Ven," pinta Rexa dengan senyuman dan wajah imutnya.

Raven luluh dengan kecantikan dan senyuman Rexa yang mengembang, tapi Raven mencoba bersikap biasa saja supaya Rexa tidak curiga.

"Enggak bisa Xa, lu lagi sakit dan lu malah kena angin malam, nanti adanya dokter Mike marah," peringat Raven.

"Satu jam aja Ven," pinta Rexa kembali.

"Enggak," tegas Raven.

"Aku tuh bosen di kamar terus, ayolah Ven."

Raven pun melepaskan jaket kesayangan nya dan mengalungkan jaket nya di tubuh Rexa supaya tubuh Rexa selalu hangat.

Rexa yang merasa mendapatkan perhatian lebih dari Raven tersenyum dengan sangat manis karena yang ia dapat sifat hangat Raven, bukan sifat cuek Raven.

My lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang