17

101 38 15
                                    

Rexa kini sedang menenggelamkan wajahnya di bawah bantal. Dirinya menangis di bawah bantal.

^^^

Sasa sekarang sudah berada di depan rumah Rexa. Sepertinya rumah Rexa sangat sepi.

Sasa pun berjalan menghampiri pintu utama rumah Rexa dan memencet bel yang berada di samping pintu. Tak lama pintu rumah Rexa terbuka.

Menampilkan wanita yang wajahnya mirip dengan Rexa tapi umurnya sudah tidak lagi muda.

"Permisi tante, ada Rexa nya?" tanya Sasa sambil bersalaman dengan wanita tersebut.

"Temen nya Rexa iya? Rexa ada di kamar, masuk aja. Kamarnya ada di lantai 2 pintu putih," jawab wanita tersebut tak kalah lembut.

Sasa pun menganguk dan segera masuk ke dalam ruangan. Sasa berjalan menuju setiap anak tangga. Rumah Rexa dibilang cukup 'megah' dengan koleksi barang yang cukup bernilai tinggi.

Tapi Sasa bangga dengan Rexa, selama ini Rexa hanya memakai pakaian dan menggunakan barang sederhana dan tidak kelihatan barang mewahnya.

Sasa sudah berada di depan pintu kamar Rexa. Sasa mencoba mengetuk pintu Rexa dengan pelan. Tidak ada sahutan, Sasa mencoba mengetuk sekali lagi, dan hasilnya sama, tidak ada sahutan juga.

Tak sengaja Sasa mendengar suara tangisan yang berasal dari kamar Rexa. Firasat Sasa sangat tidak enak, dengan sangat pelan Sasa mencoba membuka knop pintu kamar Rexa, dan hasilnya tidak dikunci.

Saat dibuka pintunya, didapati Rexa sedang membelakangi posisi nya dan menutup wajahnya dengan bantal. Sasa sangat tahu kondisi Rexa sekarang sedang menangis.

"Xa, kenapa?" panggil Sasa lembut dan duduk di pinggiran kasur.

Rexa terkejut saat ada yang memanggil namanya, segera dirinya melepaskan wajahnya dari bantal dan menghapus air mata nya dengan kasar.

"Kok lu asal masuk aja sih!" kesal Rexa dengan mata sembab nya.

"Makanya jangan nangis mulu, daritadi gue udah ketuk tuh pintu, lu nya aja enggak nyahut," jawab Sasa membela diri.

"Gue enggak nangis tuh," ujar Rexa berbohong. Percuma saja Rexa berbohong, Sasa pun sudah mengetahuinya.

"Bohong aja sepuasnya, terus suami lu buat gue," jawab Sasa tanpa merasa bersalah.

"Suami gue siapa?" tanya Rexa dengan muka polosnya.

"Shawn mendes," Sasa langsung mendapatkan pukulan cukup keras dari Rexa.

Sasa pun meringis dan terkekeh dengan jawaban anehnya dan tidak marah sama sekali.

"Jujur enggak lu Xa!" ancam Sasa kembali.

"Salah enggak sih Sa, gue sayang sama dua orang sekaligus?" Sasa mencoba duduk di tengah-tengah kasur dan mendengarkan cerita Rexa.

Sepertinya Sasa mengetahui jalan ucapan sahabatnya. "Salah sih mah enggak Xa, tapi lu harus milih salah satu diantara mereka."

"Gue enggak bisa milih gitu aja Sa, gue sayang sama Raven. Di satu sisi gue masih jadi pacarnya Ravio, gue enggak bisa melepaskan Vio gitu aja Sa," ucap Rexa berkaca-kaca.

My lifeWhere stories live. Discover now