02

364 111 138
                                    

Raven menarik tangan Rexa dengan kencang. Rexa yang di tarik oleh Raven hanya bisa menahan sakit akibat tangan Raven menggenggamnya sangat kencang.

Mereka sampai di depan ruang kepala sekolah. Raven langsung melepaskan tangan Rexa dengan kencang.

Raven yang melihat ekspresi Rexa berubah langsung mengerutkan dahinya.

"Tuh ruangannya. Buruan masuk," ucap Raven yang tak menatap mata Rexa.

Rexa diam saja tidak menanggapi ucapan Raven. "Lu tuli iya, gue kan bilang tadi kalo lu udah bisa masuk ke dalem ruang kepsek!"

"Lu jahat!" ucap Rexa yang matanya sudah berkaca-kaca.

What jahat!!! Itu lah yang ada di otak Raven. Bisa-bisanya ada yang berbicara seperti itu di hadapan Raven langsung.

"Wait, bisa-bisanya lu ngatain gue jahat, lu masih mending gue anterin kesini dengan selamat, dan lu sama sekali enggak bilang makasih, malah ngatain gue jahat," protes Raven tak terima.

"Dengan selamat lu bilang? Jelas-jelas gue yang enggak selamat. Jadi cowo kasar banget sih sama perempuan, bisa enggak sih enggak usah kasar."

"Liat! Tangan gue merah gara-gara lu," sambung Rexa.

Raven berminat menatap tangan yang Rexa tunjukan. Raven terkejut, tadi dirinya hanya menggengam tidak begitu kencang. Tapi, kenapa sampai menimbulkan bekas yang ada di tangan Rexa.

"Eh sorry, iya udah gue anterin lu ke UKS buat obatin luka lu," ucap Raven merasa bersalah.

"Eh enggak usah. Gue mau masuk ke ruangan dulu."

"Lu jadi cewe batu banget sih, udah ayo buruan," ucap Raven menarik tangan Rexa, tapi kali ini Raven menarik tangan Rexa dengan lembut.

Rexa yang tangannya di genggam oleh Raven merasa deg-deg'an, pasalnya ia tidak pernah di pegang tangannya oleh laki-laki.

Tak butuh waktu yang lama, mereka sampai di dalam UKS. Raven segera memanggil petugas UKS untuk mengobati tangan Rexa. Petugas UKS mengobati tangan Rexa dengan hati-hati, agar Rexa tidak kesakitan. Selesai diobati, Raven dan Rexa berjalan kembali ke ruangan kepala sekolah.

"Makasih udah ngobatin tangan gue," ucap Rexa tersenyum.

"Enggak usah bilang makasih. Bilang terima kasihnya sama petugas UKS, kan dia yang ngobatin tangan lu," ucap Raven masih memberikan sifat ketusnya itu.

"Iya udah makasih udah mau anterin ke ruangan kepala sekolah," ucap Rexa lalu masuk ke dalam ruangan kepala sekolah.


^^^

"Permisi Pak," ucap Rexa sopan.

"Kamu Rexa murid baru iya?" tanya Kepala sekolah yang bernama Tory Heriawan.

"Iya pak," jawab Rexa dengan sopan.

"Kelas kamu di atas iya, kamu masuk di X IPS 5," ucap pak Tory.

"Baik pak, saya permisi ingin ke kelas, terima kasih pak," ucap Rexa masih mengeluarkan sifat sopannya.

Rexa keluar dari ruangan kepala sekolah dan berjalan menuju ke tangga agar bisa menuju ke kelasnya. Rexa berjalan melewati setiap koridor kelas dan matanya masih fokus mencari keberadaan kelasnya.

"IPS 5, IPS 5, mana iya, ini IPS 3, mungkin di sebelah sana," jawab Rexa kepada dirinya sendiri.

Rexa buru-buru berjalan ke arah kelas yang terpampang dengan papan kelas X IPS 5. Dengan percaya diri, Rexa memasuki kelas X IPS 5 dan langsung mengambil kursi kosong.

My lifeWhere stories live. Discover now