🎼[1] - Kakak Kelas dan Piano

969 299 553
                                    

21:00 KST.
Seoul, Korea Selatan.
Rumah Dahyun.

"Hahaha, kau pantas seperti itu!"

Teriak seorang pemuda bernama Lee Jeongguk--kakak Dahyun, sedang menonton televisi dengan volume yang keras. Jeongguk terbaring malas di sofa panjang dengan dikelilingi banyak makanan dan minuman. Penampilannya begitu acak-acakan seperti tidak terurus. Meskipun begitu, ia sangat tampan bak seorang pangeran.

"Kak, jangan tertawa seperti itu!" Dahyun menuruni anak tangga dan menghampiri Jeongguk. Sudah sangat kesal dengan tingkahnya yang selalu berlaku seenaknya.

Jeongguk memutar malas bola matanya, mengambil segenggam keripik kentang dalam toples di pelukannya dan memasukkan ke dalam mulut sambil menatap Dahyun dengan tajam. "Diamlah! Pengganggu!"


Dahyun terkejut karena Jeongguk membentaknya dan segera mengambil remot televisi di atas meja lalu menekan tombol off karena kesal.

Jelas saja Jeongguk marah membuatnya bangkit dan menghampiri Dahyun dengan langkah pelan.

Dahyun sedikit takut dengan Jeongguk, seperti serigala yang siap untuk menerkam mangsanya dan hanya bisa melangkahkan kaki perlahan ke belakang dengan kepala menunduk.

"Mengapa kau mematikan televisinya?!" Jeongguk mencengkram kasar kerah baju Dahyun.

Tidak berani menjawab, Dahyun hanya berusaha melepas paksa cengkraman tangan Jeongguk pada kerah bajunya.

"Ingat, jika kau mengganggu lagi, aku tidak akan segan menyakitimu." Jeongguk berbicara dengan nada berat di hadapan wajah Dahyun lalu melepaskan cengkramannya sehingga membuat Dahyun terjatuh ke lantai.

Tanpa merasa berdosa Jeongguk segera melenggang pergi menuju kamar, membanting pintunya keras lalu berteriak di dalam. Suara pecahan kaca pun terdengar jelas oleh Dahyun, tetapi hanya bisa menutup erat kedua telinganya dan segera berlari menuju kamarnya.

Setelah sampai kamar, Dahyun menutup dan mengunci pintunya lalu bersandar. Badannya perlahan merosot ke lantai dan air mata pun mulai mengalir membasahi pipi.

Lagi-lagi hanya terdiam dengan keadaan lemah, tidak dapat meraih siapapun untuk dipeluknya dan tidak ada pundak yang menjadi sandaran di kala sedang bersedih seperti saat ini.

Selama enam tahun tinggal dengan kakaknya tanpa ada rasa kasih sayang dan kebahagiaan, selalu merasakan kesedihan karena sikap kasarnya.

Dahyun mengerti mengapa kakaknya bisa sekasar itu karena suatu peristiwa menyedihkan yang menyebabkannya berubah 180°. Peristiwa yang mematahkan hatinya, membuatnya menjadi kasar, dan sedikit gila.

"Aku takut ... ia akan semakin parah." Matanya memejam erat lalu menyandarkan kepala ke pintu kamar.

***

06:10 KST
Kamar Dahyun

Kedua mata Dahyun terbuka perlahan karena terganggu oleh cahaya matahari yang masuk ke dalam celah jendela kamar. Badan terbaring lemah di lantai dengan mata yang sedikit membengkak. Mungkin matanya seperti itu karena efek menangis semalaman, tanpa sadar tertidur di lantai dengan air mata yang masih mengalir.

"Sudah pagi dan aku masih sama seperti ini. Tanpa tersenyum di pagi hari karena teringat lagi dengan kejadian di malam hari." Dahyun berbicara dengan suara parau.

Kakinya segera melangkah menuju kamar mandi, bersiap-siap sebelum berangkat sekolah.

Selesai mandi, Dahyun segera memakai seragam SMA nya yang masih terlihat rapi karena baru saja masuk sekolah kembali setelah lulus. Membiarkan rambut panjangnya tergerai dan sedikit memoleskan bedak ke wajah.

MELODY - END ✔️ [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now