🎼[4] - Mimpi Buruk

544 212 304
                                    

Flashback ....

Jam telah menunjukkan pukul 15:15 KST. Seorang wanita cantik berambut panjang, wajah masih terlihat seperti anak-anak, sedang berdiri di tepian pagar yang membentang. Karena nyatanya memang masih berusia tiga belas tahun, tetapi sikapnya sudah cukup dewasa. Ia berusaha bersikap dewasa agar kekasihnya tidak malu memiliki kekasih yang kekanak-kanakan sepertinya. Meskipun kekasihnya tidak mempermasalahkan sikapnya, tetap saja ia tidak ingin bersikap kekanakan jika di hadapannya.

Rasa bosan mulai menyerang karena kekasihnya tak kunjung datang ke tempatnya sekarang. Ia berdiri di atas jembatan luas dengan lautan dalam berada di bawahnya. Cuacanya begitu cerah karena langit pun ikut bahagia ketika ia bahagia.

"Aish! Lama sekali. Aku sudah berdiri berjam-jam di sini menunggunya datang. Awas saja jika beberapa menit lagi kau belum datang, aku akan menghukummu!" Gadis cantik itu mengomel pada handphone di genggamannya, menunggu pesan dan mengharapkan kabar pasti dari kekasihnya. Entah sengaja atau tidak handphone milik kekasihnya itu tidak aktif, membuatnya khawatir terjadi sesuatu.

Baru saja kakinya akan melangkah pergi, tiba-tiba tangan besar melingkar di atas perutnya. Ia menarik senyuman tipis karena tahu dengan siapa si pelaku yang memeluknya posesif, pasti karena ulah kekasihnya.

"Aku dengar, kau juara pertama dalam kompetisi itu? Apa kau tidak gugup saat memainkan pianonya?" Suara berat kekasihnya membuat hatinya menghangat.

Ia membalikkan badan lalu melipatkan kedua tangan di atas perut berpura-pura marah pada kekasihnya yang tidak menghadiri acara kompetisinya. "Hm. Siapa yang memberitahukannya padamu?"

Kekasihnya terkekeh pelan karena mendengar suaranya yang dibuat-buat seperti sedang marah. "Siapa lagi jika bukan Princess kedua ku." Setelah itu mencubit kecil pipi tembam gadis cantik itu.

"Dia benar-benar memberitahu? Adikmu sangat menyebalkan!"

Kekasihnya mulai memperhatikan sekitar, mencari di mana keberadaan adiknya. "Sekarang di mana dia? Aku tahu dia ada sekitaran sini, pasti sedang memvideo kita berdua 'kan? Yha! Lee Dahyun, keluar kau!"

Akhirnya seseorang yang dipanggil namanya itu keluar dari tempat persembunyiannya sambil tersenyum lebar sampai deretan gigi rapinya terlihat jelas. Langkahnya mendekat ragu menghampiri mereka berdua sambil menyembunyikan handphone di balik punggung. Ya, ia adalah Dahyun, adik dari Jeongguk dan juga merupakan sahabat Hana.

Hana tersenyum lebar lalu mendekati Dahyun. "Kau! Kau bilang tidak akan memberitahunya dulu." Setelah berbicara seperti itu mencubit gemas lengan Dahyun.

Dahyun meringis karena cubitan Hana dan menatap kakaknya sambil menunjuknya. "Dia sendiri yang memaksaku untuk memberitahukannya jika kau juara atau tidak dan memaksaku untuk membawamu kemari."

Jeongguk tersenyum canggung lalu menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. "Diamlah! Kau memang adik yang menyebalkan."

Dahyun mengerucutkan bibirnya kesal dengan Jeongguk yang berbicara seperti itu. "Kau yang lebih menyebalkan."

Hana tertawa pelan karena gemas dengan pertengkaran kecil seorang adik kakak itu. Ia benar-benar bahagia bisa hadir di antara mereka dan menerimanya dengan senang hati.

Ia masih mengingat jelas ketika pertama kali hadir di antara kehidupan keduanya, mereka benar-benar menganggap Hana adalah seseorang yang berharga. Selalu mengutamakannya dan ada bersamanya di saat sedang kesulitan. Rasanya ingin selalu seperti ini tanpa adanya perpisahan sampai akhir kehidupannya.

"Oh ya, kau membawanya tidak?" Jeongguk kembali berbicara sambil mengulurkan tangan ke hadapan Dahyun, meminta sesuatu padanya.

"Tentu saja, aku 'kan selalu mengikuti apa perintahmu. Karena kau tahu, Hana, dia benar-benar mengerikan ketika sedang marah." Dahyun berbisik kepada Hana sambil mencari sesuatu di dalam tas punggungnya.

MELODY - END ✔️ [Sudah Terbit]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora