🎼[9] - Rencana dan Kecurigaan

428 175 120
                                    

Duduk merenung di kursi tunggu, Dahyun masih kesal kepada Suga tetapi butuh dirinya saat ini karena takut sendirian. Kondisi di kursi tunggu rumah sakit itu agak gelap dan sangat sepi.

Kembali mengingat-ngingat tentang perlakuan Suga yang mengusap pipinya. Memang hanya seperti itu tetapi entah mengapa membuat pipinya bersemu dan jantungnya berdetak tidak karuan. Katakan saja itu terlalu berlebihan karena mungkin Suga seperti itu hanya untuk menenangkannya.

"Aish! Kau membuatku gila." Dahyun tersenyum lebar sambil kembali mengusap-ngusap pipinya.

Tidak lama kemudian Suga datang menghampiri lalu duduk di sebelahnya. Sekarang Dahyun harus bersikap biasa saja karena Suga pun seperti itu. Ia menjadi menyimpulkan jika Suga sudah biasa bersikap lembut kepada wanita lainnya atau bahkan sekarang sudah memiliki kekasih? Jadi sudah terbiasa bersikap manis seperti tadi.

"Apa kakakmu sudah bangun?" Suara berat Suga membuyarkan lamunannya.

Senyuman Dahyun yang merekah perlahan luntur karena mengingat kondisi kakaknya. "Belum."

Suga menganggukkan kepala dan mengeluarkan sebatang rokok dari saku celana karena bibirnya terasa pahit belum menghisap rokok hari ini.

Melihat rokok yang tertanggal di antara belah bibir Suga, Dahyun membulatkan mata lalu menepuk pelan bahunya. "Kak, apa kau tidak membaca peraturan itu?" Setelahnya menunjuk papan pemberitahuan "Dilarang merokok" yang tertempel pada dinding di hadapannya.

Raut wajahnya yang berubah kesal membuat Dahyun merasa bersalah tetapi sudah melakukan hal baik, 'kan? Dengan memberitahunya mungkin akan mengurungkan niat yang akan mengepulkan asap rokok.

"Baiklah, aku akan ke luar saja."

Dahyun segera menarik lengan Suga karena tidak ingin ditinggalkan untuk menunggu kakaknya terbangun dari tidurnya.

Suga menatap lengan Dahyun di lengan kirinya lalu tersenyum tipis sekali, nyaris tidak terlihat oleh siapapun. Tanpa bersuara lagi ia duduk kembali dan memasukkan rokoknya ke saku celana.

Perlahan Dahyun menjauhkan lengannya dan menunduk merasa bersalah. "Maaf ... aku takut sendirian, hanya ingin kau tetap di sini."

"Aku tidak akan meninggalkanmu. Jangan menunduk karena merasa bersalah seperti itu."

Dahyun mengangguk pelan dan kembali mengangkat kepalanya. "Apa tidak masalah jika sehari saja tidak merokok? Kau juga 'kan sedang sakit."

Suga tersenyum smirk dan menatap Dahyun dengan serius. "Kau perhatian padaku?"

Dahyun kembali membulatkan mata lalu menggelengkan kepala dengan kuat.

"Haha, matamu mengatakan jika kau menghawatirkan ku." Suga tertawa pelan karena senang jika Dahyun merasa kesal padanya. Ia benar-benar gemas dengan tingkah Dahyun yang seperti itu.

"Kau belum pulang?"

Karena suara tersebut membuat keduanya menoleh kepada sosok yang baru saja bertanya seperti itu. Ia adalah Jimin. Jimin segera menyelesaikan pekerjaannya lalu pergi menuju rumah sakit karena khawatir dengan Jeongguk dan juga Dahyun.

Suga segera bangkit dari kursi lalu membungkukkan badan pada Jimin sebagai tanda menghormatinya. "Hallo."

Jimin membalas membungkuk disertai senyum ramah dan kembali berbicara sambil mendekati Dahyun. "Ouw ... kau ditemani seseorang ternyata."

Dahyun benar-benar kesal sekarang. Entah itu Suga atau Jimin, keduanya benar-benar menyebalkan. "Dia kakak kelasku. Jangan berpikir aneh-aneh, Kak."

Jimin kembali menatap Suga dengan masih tersenyum lebar tetapi perlahan pudar ketika melihat name tag yang tertempel di seragamnya. "Choi? Dia berasal dari Keluarga Choi?"

MELODY - END ✔️ [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang