🎼[23] - Kronologi Peristiwa

298 157 183
                                    

Secepat mungkin Dahyun berlari menuju halte bis takut Jeongguk mengejarnya. Karena ketakutan yang menyelimuti, tidak peduli jika keluar rumah pada malam hari seperti ini atau juga bisa dibilang sudah pagi karena jam menunjukkan pukul 00:25 KST.

Untung saja meskipun sudah malam hari kendaraan masih berlalu lalang dan banyak orang berkeliaran di jalanan Kota ini. Ia sangat bersyukur karena hidup di Kota. Dengan begitu dapat melihat banyaknya orang semangat beraktivitas meskipun keadaan sudah gelap dan tidak terlalu takut untuk melangkah jauh dari rumah.

Bis yang searah melewati sekolah datang dan dengan cepat segera naik. Dahyun rasa sudah tidak ada waktu lagi untuk menunggu takut ketahuan kakaknya, akhirnya memilih bis yang sedang lewat saja untuk pergi tanpa tujuan.

Dahyun selalu menyelipkan sedikit uang ke saku mantelnya atau ke saku baju tidur sekalian karena untuk berjaga-jaga jika pergi mendadak seperti ini. Ajarannya yang seperti itu dulu diajarkan oleh pamannya.

"Kau harus menyelipkan berapapun uang ke setiap saku bajumu. Mengapa seperti itu? Jika diharuskan pergi karena keadaan darurat, kau bisa memakai uang yang berada di saku bajumu."

Suara lembut pamannya disertai senyuman hangat kembali teringat dipikirannya. Dahyun merindukan pamannya yang mungkin sudah tenang di atas sana.

-🎼-

Apartemen Jimin

Taehyung berjalan mondar-mandir di dalam ruangan rahasia, bingung sekarang harus bagaimana dan pikirannya sudah buntu. Tidak dapat berpikir lagi atas apa yang dilihat dan di dengarnya. Sebelumnya pekerjaannya bisa selesai dengan mudah tetapi sekarang semakin sulit.

Taehyung masih memiliki hati nurani meskipun melakukan pekerjaan yang tidak baik. Jika sekarang ditugaskan untuk menembak pria yang merupakan Paman Jeongguk, ia tidak bisa. Karena untuk menghargai perasaannya meskipun di sisi lain Jimin pasti membencinya karena tidak melakukan tugas dengan tuntas.

"Jika saja dari awal kau mendengar perkataanku, identitasku tidak akan terbongkar oleh keluargaku sendiri. Lihat anak itu yang menumpahkan kesedihannya di hadapan kita semua, pasti sekarang sangat tertekan." Paman Jeongguk atau pria yang bernama Hoseok itu kembali berbicara dengan tatapan yang mengarah ke sepatu hitamnya.

Taehyung menatap tajam lalu kembali berpikir keras. Setelah itu mendekatinya segera. "Tugasku hanya untuk menangkapmu dan tadinya pun akan menembakmu tapi tidak ada salahnya untuk bertanya-tanya padamu, 'kan?"

Hoseok beralih menatap Taehyung yang sekarang berlutut di hadapannya, mensejajarkan tubuh dengannya yang sedang duduk. "Kau ingin tahu semuanya?"

Taehyung mengangguk antusias lalu mengeluarkan alat perekam suara yang terletak di antara beberapa senjata dari dalam koper. "Ceritakan semuanya. Aku akan merekam lalu memberikannya kepada Tuan Jimin."

-🎼-

Tidak ada hentinya Dahyun menangis. Hatinya terasa ditekan kuat ketika kembali mengingat piano hancur. Padahal piano itu satu-satunya yang bisa membuat semangat hidup namun sekarang sudah hancur lebur karena kakaknya yang merusaknya tanpa memikirkan perasaannya. Dahyun sampai bergemetaran ketika melihat apa yang dilakukan kakaknya seperti orang kerasukan.

Dahyun menoleh ke jendela bis di sebelah kiri lalu menarik senyuman tipis memperhatikan bangunan sekolahnya. Mungkin ke depannya tidak akan sekolah lagi di sana karena dengan kepergiannya yang seperti ini tetapi matanya membulat ketika melihat kekasihnya sedang berjalan menuju gerbang sekolah. Dengan cepat mengusap air matanya lalu memencet bel bis tersebut, tanda harus berhenti.

MELODY - END ✔️ [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now