🎼[13] - Wanita Aneh

319 145 98
                                    

Setelah selesai bermain piano dengan kesenangan yang meluap-luap, Dahyun segera pergi ke rumah sakit karena takut kakaknya marah ketika ia tidak ada di sampingnya. Jeongguk memang sudah tahu Dahyun pulang ke rumah karena akan membawa baju ganti tetapi Dahyun takut kakaknya tahu ia pulang ke rumah untuk bermain piano bersama dengan kekasihnya.

Tadinya akan memperkenalkan Suga tetapi nanti saja ketika kakaknya sudah pulih. Lagipula Suga memilih langsung pulang ke rumahnya dan tidak ikut ke rumah sakit.

Saat memasuki ruangan kakaknya, Dahyun terkejut melihat Jimin tertidur di sampingnya dengan tangannya berada di atas perut Jeongguk. Ia senang ketika Jimin terlihat khawatir seperti itu. Jimin sudah seperti keluarganya sendiri dan seperti kakaknya sendiri. Ia benar-benar berterima kasih padanya yang selalu ada di samping Jeongguk.

"Kapan kau datang?" Jimin terbangun karena mendengar suara kresek yang disimpan Dahyun ke nakas sebelahnya.

"Baru saja datang. Maaf karena membangunkanmu dari tidur nyenyakmu." Dahyun berbicara dengan nada menyesal.

Jimin menegakkan tubuh lalu meregangkan kedua tangannya. "Tidak apa-apa. Lagipula sudah cukup lama aku tertidur di sini."

Dahyun mengerutkan dahi tidak mengerti. Sejak kapan Jimin duduk di kursi itu? Ia hanya takut Jimin melihatnya dan mencurigainya yang berjalan terburu-buru menuju halte bis.

"Apa kau mau duduk di kursi ini?" Jimin segera bangkit dari tempatnya karena melihat Dahyun yang hanya diam saja di sampingnya.

"Tidak, kau duduk saja." Dahyun menolak tawarannya tetapi Jimin sudah terlanjur bangkit dari kursi itu.

"Kau saja yang duduk di sini. Aku akan pulang karena sudah malam." Jimin berbicara sambil melihat jam tangannya.

Dahyun pun duduk di kursi sebelah Jeongguk lalu menatapnya yang masih terlelap.

"Dahyun .... " Jimin berhenti bersuara karena ragu.

"Hm?" Dahyun merespon dengan kebingungan karena melihat Jimin seperti akan mengatakan sesuatu tetapi rasanya takut salah bicara.

"Aku akan pulang sekarang. Jika terjadi sesuatu pada kakakmu, telepon saja aku." Jimin berbicara dengan tersenyum lebar sampai matanya menyipit.

"Baiklah. Aku rasa tidak akan terjadi sesuatu karena kakakku sudah sedikit pulih." Dahyun berbicara sambil mengelap keringat yang berada di dahi Jeongguk.

"Oke, aku pulang sekarang. Sampai jumpa nanti!" Jimin kembali berbicara sambil melambaikan tangan.

"Oke, hati-hati!" Dahyun pun membalas melambaikan tangannya.

Jimin pergi dari ruangan Jeongguk setelah menatap lekat ke arahnya.

Dahyun kembali merenung sambil menatap punggung Jimin yang mulai menghilang dari balik pintu, merasa ada yang aneh. Tatapan matanya terlihat begitu kosong seperti sedang berpikir keras. Nada suaranya pun terdengar lelah.

Apa Jimin sedang lelah dengan pekerjaannya? Mungkin iya karena mengingat Jimin itu pekerja keras sama seperti kakaknya. Setelah kepergian adik dan ayahnya, Jimin tinggal sendirian. Ibunya di luar kota karena trauma dengan peristiwa itu. Mungkinkah Jimin lelah karena tinggal sendirian?

"Dari tadi kau duduk di sini?"

Suara serak Jeongguk membuyarkan lamunannya. Dahyun tersenyum tipis, senang Jeongguk sudah terbangun lalu mengambil air minum yang ada di sebelahnya. "Tidak, aku baru saja duduk di sini."

Jeongguk menyandarkan punggungnya ke kepala ranjang lalu menerima gelas yang diberikan Dahyun padanya. "Kau pulang ke rumah tadi?"

Dahyun menjawab sambil mengangguk. "Ya, tadi aku membersihkan ruang---maksudku ... membersihkan kamar kita." Hampir saja berkata jujur mengatakan membersihkan ruang piano di rumahnya, pasti kakaknya akan kembali mengamuk. Untung saja tadi benar-benar membersihkan kamarnya dan juga kamar kakaknya tetapi lupa membawa baju ganti Jeongguk.

MELODY - END ✔️ [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now