🎼[6] - Keterpurukan Membangun Rasa Sakit

447 185 154
                                    

"Aaa!"

Dahyun segera berbalik ketika melihat kakaknya tergeletak tak berdaya di lantai, berteriak menahan rasa sakit.

"Kak!" Ia mematikan kompornya terlebih dahulu lalu membantu Jeongguk untuk kembali duduk.

Jeongguk tidak merespon malah terduduk lemas. Tidak lama kemudian kembali tergeletak tak berdaya di lantai.

"Astaga! Kau selalu saja seperti ini!" Dahyun mulai menangis ketika melihat Jeongguk tergeletak lemah. Tanpa berpikir panjang lagi segera mengambil handphone yang diletakkan di meja makan lalu menekan nomor Jimin untuk meminta bantuan.

"Hallo? Mengapa kau menelepon ku pagi-pagi sekali?" Jimin menjawab dengan sedikit cemas.

Dengan suara bergetar Dahyun menjawab sambil mengguncangkan tubuh Jeongguk. "Kak Jimin! Kakakku pingsan lagi. Cepat datang kemari ... aku takut."

"Benarkah?! Baiklah, aku akan segera datang. Jangan cemas, dia akan baik-baik saja." Jimin segera mematikan teleponnya karena akan bersiap-siap menuju rumah Dahyun.

Dahyun kembali meletakkan handphone nya ke meja makan lalu mencoba menarik Jeongguk dan membawanya ke ruang tengah. Dengan sekuat tenaga membawa Jeongguk menuju sofa. Mungkin karena panik dan ketakutan, seberat apapun Jeongguk masih bisa diboyong meskipun dengan sedikit menyeretnya.

Sepuluh menit kemudian Jimin datang memasuki rumah Dahyun dengan terburu-buru. Ia terkejut ketika melihat Jeongguk yang menutup matanya lemah dan melihat Dahyun menangisinya.

"Kak, bangunlah!" Dahyun masih mengguncangkan pelan tubuh Jeongguk dan air matanya terus mengalir tidak berhenti.

Jimin mendekati lalu perlahan menaruh telapak tangannya ke dahi Jeongguk dan rasa panas mulai terasa. "Ayo, kita ke rumah sakit sekarang."

Dahyun mengangguk sambil mengusap air mata lalu membantu Jimin untuk membawa Jeongguk ke mobilnya.

***

Rumah Sakit

Sekarang Dahyun duduk melamun di kursi tunggu menunggu dokter yang sedang memeriksa keadaan kakaknya keluar dari ruangannya. Tatapannya begitu kosong karena takut terjadi sesuatu pada kakaknya.

Jimin yang berdiri di sebelahnya merasa sedih ketika melihat Dahyun melamun. Ia tahu Dahyun sangat terpuruk karena kondisi kakaknya dan tahu betapa sakit hatinya ketika ditinggalkan oleh seseorang. Karena ia pun merasakannya ketika ayah dan adiknya tiada dengan mengenaskan.

Ayahnya tiada karena kecelakaan yang saat itu sedang menghindari kejaran dari seseorang. Jimin sangat membenci seseorang itu yang telah merenggut nyawa ayah dan adiknya. Ia tahu mengapa seseorang itu mengincar nyawa adiknya karena kesalahan ayahnya yang meminjam banyak uang.

Ia tidak membenci ayahnya karena merasa janggal dengan alasan seseorang itu menembak adiknya. Bisa dibilang ia berasal dari orang berada, tidak percaya jika ayahnya meminjam uang kepada orang lain. Ia rasa karena hal lain yang menyebabkan seseorang itu marah besar sampai merenggut nyawa keduanya.

Klek!

Suara pintu terbuka membuat lamunannya terhenti.

Dahyun dan Jimin serentak menatap dokter yang baru saja membuka pintu lalu dengan semangat mereka berdua menghampiri.

"Apa kakakku baik-baik saja?" Dahyun mulai bertanya dan jantungnya berdegup kencang karena ketakutan.

MELODY - END ✔️ [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang