4. Lunch Time Disaster

5.4K 961 271
                                    

     “Wah, apartemenmu jelek juga ya?” Adalah komentar Lucas yang mengawali kegiatan mereka saat memasuki apartemen milik Renjun dan Donghyuck.

Renjun menatap Lucas sebal. Menurutnya, apartemen ini sudah sangat baik, jauh lebih baik daripada flat-nya dahulu. Donghyuck termasuk orang berada juga.

Tetapi Lucas seenak dahinya yang lebar itu malah mengejek apartemennya.

“Apa maksudmu?” Renjun merasakan tangannya gatal ingin menampar pipi Lucas.

“Apartemenmu itu tidak ada seninya,” balas Lucas santai. Ia mengerutkan dahi menatap Renjun hanya terdiam di depan pintu. “Cepat, buka pintunya, sekretaris Huang.”

Renjun menghela nafasnya. Ya Tuhan, pantas saja tidak ada karyawan yang betah berada bersama Lucas.

Lelaki ini bagaikan sebuah mesin pembuat kesal.

Jemari Renjun bergerak memutar anak kunci dan membuka pintu apartemennya. Ia melepas sepatunya dan menaruh sepatu itu di rak.

“Meski begitu, apartemenmu rapi dan bersih. Lumayan, lumayan,” komentar Lucas lagi.

Renjun memutar bola matanya dan segera bergegas menuju dapur. Waktu istirahat makan siang mereka sudah akan berakhir. Ia tak punya waktu untuk meladeni Lucas.

Pemuda mungil itu menarik apron yang tergantung dan mengikatkannya ke leher, lalu ke pinggang. Tetapi begitu sulit mengikatkannya ke pinggang ramping itu, karena apron ini kebesaran di tubuhnya.

Apron itu sebenarnya milik Donghyuck. Donghyuck membelikannya untuk dipakai bersama. Tetapi sahabatnya yang idiot itu membeli apron yang seukuran tubuhnya.

Setidaknya beli yang satu ukuran lebih kecil, bodoh, pikir Renjun sebal.

Tetapi saat Renjun sedang mengutuki kebodohan Donghyuck, sepasang tangan yang besar mengambil alih tali apron itu dan membantu mengikatnya pada pinggang Renjun.

Renjun terdiam, ia tahu itu Lucas. Dan Renjun tidak tahu harus bereaksi seperti apa.

“Sudah,” Lucas tersenyum puas. “Ayo, mulai memasak. Aku akan menonton.”

Lucas menarik kursi makan dan duduk. Ia menatap punggung kecil Renjun—yang sebenarnya sedang salah tingkah—dengan senyuman yang tak bisa luntur.

Renjun mulai bergerak, mengambil bahan makanan yang masih mentah dari dalam kulkas. Ia memutuskan untuk membuat sup jamur, karena jamur lebih cepat dimasak daripada ayam maupun ikan.

Ia mengambil pisau lalu memotong-motongi sayuran dengan cepat.

“Waah, cepat sekali kau memotongnya!” Ujar Lucas takjub. Ia belum pernah melihat seseorang memotong sayuran secepat itu sebelumnya.

Dan, ia belum pernah melihat seseorang memotong sayuran atau apapun sebelumnya, selama hidupnya.

Yang ia tahu hanya makanan itu sudah jadi, sudah tersaji di atas mejanya. Proses pembuatannya bukanlah urusan Lucas.

“Kau bertingkah seperti anak kecil,” celetuk Renjun seraya mulai menyalakan kompor.

“Tubuhmu seperti anak kecil.”

Renjun segera membalik tubuhnya dan menatap Lucas tajam. “Coba katakan lagi di depan wajahku?”

Lucas menelan salivanya susah payah.

Masalahnya, Renjun membentak pemuda jangkung itu dengan pisau yang tergenggam pada tangan kecilnya—yang sepertinya akan pas dalam genggaman tangan-oke, kenapa Lucas berpikir seperti ini?—dan tatapan garang.

Not Your Typical CEO [Lucas x Renjun]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora